Dari perspektif kebijakan energi, jargas berperan penting mengurangi impor LPG. Selama ini, kebutuhan LPG di Indonesia lebih besar daripada produksi domestik, sehingga pemerintah harus menanggung beban subsidi.
Dengan memperluas jaringan gas, konsumsi LPG bisa ditekan, sekaligus mendukung agenda transisi energi bersih.
"Kalau program ini berlanjut, kita bisa melihat perubahan besar dalam pola konsumsi energi masyarakat," ucap Jahidin.
Bagi Kalimantan Timur, program ini memiliki makna tersendiri. Selama puluhan tahun, daerah ini dikenal sebagai penghasil energi fosil, baik batu bara maupun migas. Kehadiran jargas menjadi simbol transformasi menuju masa depan energi yang lebih ramah lingkungan.
"Ini momentum penting. Kita tidak hanya menikmati hasil migas, tapi juga mulai memanfaatkannya untuk kehidupan sehari-hari masyarakat," pungkas Jahidin.
Sebagai informasi, program jargas sempat terhenti pada 2023 hingga 2024.
Namun, tahun 2025 pemerintah kembali melanjutkan program karena manfaatnya dirasakan masyarakat. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pun akan mencanangkan tambahan satu juta SR dalam 10 tahun, di luar 115.264 SR tahap pertama yang sudah terbangun.