4. The Cranberries, ‘Zombie’
Bagi seluruh generasi, The Cranberries merupakan salah satu grup band legendaris, meski ditinggal sang vokalis Dolores O'Riordan pada 2018 silam.
Lagu Zombie selalu diputar karena liriknya yang relevan menggambarkan situasi perperangan yang tiada akhir dan hanya merenggut banyak korban jiwa tak bersalah.
Bahkan meski band ini sudah hiatus, lagu Zombie masih terus diputar sebagi pengingat akan kekejaman perang dan dampaknya yang sangat merusak bagi umat manusia.
3. Anti Flag, ‘Racist’
Anti Flag merupakan band punk rock asal Amerik Serikat. Lagu ‘Racist’ merupakan lagu yang berasal dari album American Fall. Lagu ini membahas tentang kebangkitan kelompok neo-Nazi di Amerika di bawah kepemimpinan Donald Trump saat menjadi presiden.
Lirik-liriknya bahkan tidak sungkan menyisipkan kata Black Live Matter, hingga sindiran kepada masyarakat yang Islamophobia, yang tidak menginginkan dibangunnya rumah ibadah di tempat mereka. Dan banyak hal yang mereka suarakan di dalam lirik-lirik lagu mereka berjudul Racist ini.
2. Green Day, ‘American Idiot’
Band punk rock legendaris ini juga tidak pernah ketinggalan menyisipkan muatan politik di lagu-lagu mereka.
American Idiot salah satunya. Lagu ini terinpsirasi dari terjadinya Perang Irak yang terjadi di masa presiden Bush.Billie Joe Armstrong, si vokalis, menulis kata Idiot sebagai bentuk kritik pedas terhadap mereka yang menyerah pada patriotisme buta.
Meskipun ia mengakui dalam lagu tersebut bahwa orang-orang akan dikritik karena tidak setuju dengan praktik perang, Armstrong dengan bangga mengklaim bahwa ia tidak menjadi bagian dari agenda itu.
Bahkan ia menyindir George W. Bush atas pilihan bodohnya mengobarkan perang di luar negeri.
1. Rage Against The Machine, ‘Killing In The Name’
Lagu-lagu Rage Against The Machine, band genre alternative rock era 90an, hampir semua bernuansa politik. Pesan dari lagu ini ingin menggambarkan kengerian kasus rasisme Amerika di tahun 1990an yang melibatkan Rodney Glen King atu Rodney King.
Seorang pria Afrika-Amerika yang menjadi korban kebrutalan polisi Los Angeles pada tanggal 3 Maret 1991. Ia dipukuli habis-habisan oleh petugas Departemen Kepolisian Los Angeles. Rodney King ditemukan tewas di kolam renang di rumahnya.
Tapi polisi menyatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada jenazah pria berkulit hitam ini. Lagu ini ingin membicarakan isu rasisme dalam penegakan hukum.
Meskipun mungkin tidak ada konfirmasi yang pasti, Rocha yakin dalam lagu tersebut bahwa petugas polisi adalah anggota Ku Klux Klan, yang tidak segan memukuli orang kulit hitam karena keyakinan rasisme mereka.