KUTAI KARTANEGARA, NOMORSATUKALTIM – Hasil laboratorium atas sampel makanan yang menyebabkan keracunan massal di Kecamatan Sebulu akhirnya terungkap.
Berdasarkan uji lab, ditemukan bakteri salmonella dalam makanan yang dikonsumsi oleh warga pada 14 Septemebr 2024 lalu, yang menjadi penyebab utama insiden tersebut.
Menurut Kepala Puskesmas Sebulu I, Abdullah Ramli, bakteri salmonella terdeteksi pada telur dan bumbu merah yang digunakan dalam masakan.
Temuan ini memicu perhatian serius karena salmonella adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan manusia dan berpotensi membahayakan kesehatan.
Salmonella merupakan bakteri yang hidup di saluran usus hewan dan dapat ditularkan ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi, terutama makanan yang terpapar kotoran hewan atau sanitasi yang buruk.
BACA JUGA : Residivis Pencurian Gasak Uang Tunai dari Toko di Sebulu
Abdullah Ramli menjelaskan bahwa konsumsi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna atau tidak dicuci bersih dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri salmonella.
"Salmonella adalah kelompok bakteri yang menyebabkan diare dan infeksi pada saluran usus manusia. Makanan yang terkontaminasi sering kali terlihat normal, sehingga bakteri ini hanya bisa terdeteksi melalui uji laboratorium," ungkapnya, pada Senin 6 Oktober 2024.
Lebih lanjut, Ramli menjelaskan bahwa infeksi salmonella biasanya dikategorikan sebagai gastroenteritis.
Gejalanya bisa muncul setelah beberapa jam hingga dua hari pasca-konsumsi makanan yang terkontaminasi, tergantung pada kekebalan tubuh seseorang.
BACA JUGA : Mayoritas Pasien yang Dirawat Akibat Keracunan Massal di Sebulu Telah Pulih
Dalam kasus keracunan massal di Sebulu, Abdullah Ramli mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan waktu terjadinya kontaminasi.
Telur bisa saja sudah terkontaminasi sebelum dimasak, atau kontaminasi mungkin terjadi saat proses pengolahan.
Selain itu, makanan yang dibiarkan terlalu lama setelah diolah juga bisa menjadi sumber kontaminasi jika tidak disimpan dengan benar.
"Bisa jadi telurnya telah terkontaminasi sebelum diolah, atau bisa juga kontaminasi terjadi saat proses pengolahan atau setelahnya. Ketika makanan dibiarkan terlalu lama setelah diolah, risiko terkontaminasi meningkat," jelas Ramli kepada Nomorsatukaltim.