Dengan penguatan di sektor finansial ini, Indonesia memiliki modal kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dengan target mencapai 6-8% pada tahun 2025.
"Selain menjaga stabilitas makroekonomi, kebijakan suku bunga yang lebih rendah juga membuka ruang bagi investasi yang lebih besar dan konsumsi masyarakat yang lebih kuat, yang semuanya mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi," jelas Ferry.
Penguatan nilai tukar rupiah juga menjadi sinyal positif yang meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Di luar kebijakan ekonomi dan moneter, pemerintah juga terus mengoptimalkan potensi sumber daya manusia melalui bonus demografi yang sedang dinikmati Indonesia.
Hingga tahun 2041, diperkirakan 70% dari populasi Indonesia yang berjumlah sekitar 229 juta orang berada dalam kelompok usia produktif.
"Bonus demografi ini memberikan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena berarti kita memiliki angkatan kerja yang melimpah dan produktif untuk jangka panjang," kata Ferry.
BACA JUGA : Smelter Freeport Resmi Beroperasi, Jokowi Buktikan Ada Hilirisasi
Ferry juga menekankan pentingnya memanfaatkan sumber daya alam Indonesia yang melimpah sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi masa depan.
Salah satu potensi yang sangat besar adalah cadangan nikel Indonesia, yang mencapai sekitar 20% dari total cadangan nikel dunia.
Nikel merupakan komoditas penting dalam industri baterai dan kendaraan listrik, sehingga posisinya sangat strategis untuk mendukung transformasi ekonomi menuju sektor-sektor yang lebih berkelanjutan.
Selain nikel, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, yang dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian di masa depan.
Tidak hanya mengandalkan sumber daya alam dan demografi, pemerintah juga melihat potensi besar dari kelas menengah Indonesia yang terus berkembang.
BACA JUGA : Harga Emas Antam Kembali Naik, Buyback Tembus Rp1,295 Juta
Saat ini, kelas menengah di Indonesia hampir mencapai 64% dari total populasi, yang berarti lebih dari separuh masyarakat Indonesia termasuk dalam kelompok ini.
Kelas menengah memiliki peran signifikan dalam perekonomian, terutama karena kontribusinya terhadap konsumsi domestik.
Diperkirakan sekitar 80% dari total konsumsi masyarakat di Indonesia berasal dari kelompok ini.