"Partisipasi pada Pilkada tahun 2010 hanya sekitar 56 persen, lalu naik menjadi 60 persen pada 2015, tapi turun lagi pada 2020 menjadi 59,48 persen," jelasnya.
Suhardi juga menyebutkan bahwa KPU telah diberi anggaran besar oleh pemerintah untuk memaksimalkan sosialisasi demi mencapai tingkat persuasi tertinggi.
"Kesuksesan Pilkada itu kan diukur dari keterlibatan masyarakat sebagai pemilih aktif dan itu menjadi nilai kesuksesan kita," tambahnya.
BACA JUGA:Balikpapan Kini Bergelar 'Kota Antre Minyak', Plt Kadiskominfo Ungkap Penyebabnya
BACA JUGA:KPK Tekankan Pentingnya Pengelolaan BMD untuk Cegah Korupsi di Balikpapan dan IKN
Sebagai langkah strategis, KPU Balikpapan juga menyasar organisasi berbasis agama seperti NU dan Muhammadiyah, organisasi keagamaan lain, seperti Nasrani, Katolik dan gabungan forum kerukunan umat beragama yang juga terdiri dari agama Hindu juga Buddha, untuk membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat.
"Mereka memiliki basis yang besar, sehingga harapannya, ajakan terkait Pilkada serta pengetahuan sampai ke tingkat basis tersebut," jelas Suhardi.
Selain itu, Suhardi menegaskan bahwa sosialisasi akan terus berjalan sepanjang tahapan Pilkada.
"Kampanye kami bukan untuk mengajak memilih siapa, tapi untuk mengajak masyarakat memilih dan tidak golput," pungkasnya.