Menurutnya, karena organisasi Lamuba ini terlanjur besar untuk melakukan komunikasi dengan beberapa tokoh, kurang lebih mencapai 100 tokoh yang harus didatangi untuk koordinasi apabila ingin mengadakan sebuah kegiatan.
"Maka, dalam perjalanannya, kami memandang komunikasinya terlalu panjang. Sehingga, kami sepakat sebagai turunan dari pada organisasi itu, yang mana organisasi ini lebih fleksibel dan praktis, maka lahirlah Perisai Tujuh Banua," bebernya.
BACA JUGA : Kenaikan Pertumbuhan Penduduk Secara Signifikan di Berau karena Pilkada Berpotensi Terulang Kembali
Adanya niat untuk mempertahankan adat istiadat dan sosial budaya merupakan solidaritas dan persaudaraan yang dirasakan pada prinsip-prinsip yang kemajemukan secara keadilan, kebajikan dan peradaban.
"Solidaritas yang dirasakan pada prinsip-prinsip itu, itulah yang menjadi prinsip hidup keseharian," ujarnya.
Dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat Berau yang aman, tenteram, sejahtera, adil, beradab dan ridho Allah SWT, dirinya bersama punggawa-punggawa Perisai Tujuh Banua serta para pemuda Berau, sepakat mempersatukan diri dalam wadah organisasi sosial masyarakat yang bernama pertahanan adat istiadat, sosial dan budaya atau Perisai Tujuh Banua.
Panglima Wagimin juga berpesan kepada para punggawa, untuk tetap baik meski rasanya sia-sia, tetaplah membantu meski tidak ada yang melihat, tetaplah jujur meski sering dibohongi, tetaplah adil meski sering dicurangi, tetaplah kuat meski sering diremehkan, tetaplah berkibar meski itu sakit rasanya, ditengah dunia yang gelap tetaplah menjadi terang.
"Dan para Srikandi, saya berpesan yang istimewa itu selalu berbeda, yang berbeda itu selalu memikat, dan yang memikat itu selalu diperhatikan. Untuk itu marilah kita selalu menghormati mereka yang berbeda, karena itulah yang membuat hidup kita berwarna," tuturnya.
Lanjutnya, tidak ada kata yang tidak mungkin selagi masih ada kata mungkin, tidak ada kata yang tidak bisa selagi masih ada kata bisa, dan tidak ada kata yang tidak pasti selagi masih ada kata pasti. Ingatlah ketika menanam padi, harus mundur selangkah biar padi yang ditanam tidak terinjak.
"Maka ketika dalam kehidupan ini, tidak ada salahnya kita mengalah, dan yang mengalah belum tentu kalah. Dan yang terakhir, cara untuk mengalahkan matahari dan bulan adalah bangunlah sebelum matahari terbit dan tidurlah setelah bulan muncul, supaya mereka dapat melihat anda jauh lebih bersinar dari mereka," tandasnya.
BACA JUGA : Pembangunan Tahap Pertama Rumah Sakit Baru di Berau Ditargetkan Rampung Juli Mendatang
Sementara itu, Camat Sambaliung, Ahmad Juhri, mengatakan, pemerintah kabupaten Berau, khususnya dipemerintahan kecamatan Sambaliung, menyambut baik adanya pelantikan dan pengambilan sumpah Perisai Tujuh Benua ini.
Menurutnya, tujuan dari program Perisai Tujuh Banua benar-benar sejalan dengan program pemerintah kebupaten Berau.
"Oleh karena itu, kami selaku camat panjang tangan pemerintah kabupaten Berau Bupati dan wakil Bupati, tentunya mendukung penuh organisasi Perisai Tujuh Benua ini," katanya.
Dirinya berharap, organisasi Perisai Tujuh Banua kedepan dapat selalu bergandengan tangan dan bersinergi untuk membangun kecamatan Sambaliung dan kabupaten Berau secara umum.
"Saat ini dan kedepan, kita senantiasa bersinergi. Dan harapannya, apa yang di programkan dapat terlaksana dengan baik dan selalu dapat mencapai tujuan-tujuan yang kita inginkan. Serta, program-program kegiatan yang telah ditetapkan dapat berjalan dan sesuai yang diharapkan oleh Perisai Tujuh Benua," harapnya.