Tren Pernikahan di Indonesia Turun, Psikolog UI Sebut karena Marak Ikrar 'Child Free'

Senin 11-03-2024,08:00 WIB
Editor : Hariyadi

NOMORSATUKALTIM - Tren pernikahan di Indonesia mengalami penurunan sejak 2019. Fenomena ini menarik perhatian Psikolog Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr Rose Mini Agoes Salim, MPsi untuk mengkaji lebih dalam.

Menurut Rose, turunnya jumlah angka pernikahan di Indonesia disebabkan munculnya tren 'Child Free' pada generasi muda atau Gen Z, serta perubahan pola pikir di masyarakat.

"Sekarang ini banyak anak-anak muda yang kemudian mengikrarkan Child Free dan sebagainya," tuturnya, dilansir dari Disway.id, Senin (11/3/2024).

Rose bilang, berbeda dengan zaman dahulu yang menganggap pernikahan adalah tujuan utama kehidupan. Generasi muda menganggap bahwa menikah adalah kebiasaan lama.

"Jadi ada kala apa yang terjadi di zaman dahulu itu yang masih menganggap perkawinan menjadi salah satu tujuan dalam kehidupan. Ini sudah tidak terjadi saat ini," terangnya.

BACA JUGA: Siap-siap! Tahun Depan Pemerintah Naikkan Tarif PPN Menjadi 12 Persen

Rose menjelaskan, dampak dari perubahan pola pikir ini dipengaruhi oleh tingkat status ekonomi yang masih rendah.

Sehingga, katanya, karena faktor itu juga turut berkontribusi terhadap turunnya jumlah angka pernikahan di Indonesia.

"Penyebabnya, kan, memang bermacam-macam ya. Misalnya saja mereka berpikir menikah maka harus siap, tidak hanya dari psikologis atau jiwa tapi juga finansial," ucapnya.

Tak bisa dipungkiri, kata Rose, tradisi mahar dan panai di beberapa adat pernikahan di Indonesia memberatkan calon pasangan.

Bahkan jamak terdengar, keluarga tertentu kerap menentukan 'tarif' untuk meminang calon pasangan.

Kebiasaan ini diduga menjadi salah satu penyebab utama kawula muda merasa berat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang paling sakral.

BACA JUGA: Tinjauan Peran Guru dalam Pendidikan Karir Siswa: Perspektif Indonesia dan Perbandingan dengan Sistem Pendidik

Di sisi lain, tak sedikit salah satu pihak calon pasangan menginginkan kehidupan mapan sebelum merestui pernikahan.

"Sementara, di akhir-akhir ini kehidupan perekonomian masih susah ya, sehingga mereka kalo bekerja pun belum tentu bisa menghidupi dirinya sendiri, apalagi bertanggung jawab menghidupi istri dan anak, maka akhirnya mereka menunda agar keadaan bisa menjadi lebih baik," pungkasnya.

Kategori :