Namun kalender Masehi hanya mempunyai 365 hari dalam setahun.
Jika kita tidak menambahkan hari kabisat pada tanggal 29 Februari hampir setiap empat tahun, setiap tahun kalender akan dimulai sekitar 6 jam lebih awal sehubungan dengan revolusi Bumi mengelilingi Matahari.
BACA JUGA: Resmikan Terminal Samarinda Seberang, Jokowi Sebut Dulu Kumuh, Sekarang Sudah Bersih
Sebagai konsekuensinya, penghitungan waktu kita perlahan-lahan akan menjauh dari tahun tropis dan semakin tidak sinkron dengan musim.
Dengan penyimpangan sekitar 6 jam per tahun, musim akan bergeser sekitar 24 hari kalender dalam 100 tahun.
Hari kabisat memperbaiki kesalahan tersebut dengan memberi Bumi waktu tambahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu lingkaran penuh mengelilingi Matahari.
BACA JUGA: Menpora Ario Bimo Sebut Kementeriannya Berat di Nama ketika Silaturahmi dengan Disway Group
Siapa Penemu Tahun Kabisat?
Tahun kabisat dalam kalender barat pertama kali diperkenalkan lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh jenderal Romawi Julius Caesar.
Kalender Julian, yang dinamai menurut namanya, hanya memiliki satu aturan: setiap tahun yang habis dibagi empat akan menjadi tahun kabisat.
Rumus ini menghasilkan terlalu banyak tahun kabisat, menyebabkan kalender Julian menyimpang dari tahun tropis dengan laju 1 hari per 128 tahun.
Hal ini tidak diperbaiki sampai diperkenalkannya kalender Gregorian lebih dari 1500 tahun kemudian, ketika beberapa hari dilewati untuk menyelaraskan kembali kalender kita dengan musim.
Tahun kabisat tidak datang tiap tahun, maka ini yang membuat momen ini menjadi unik dan penting.
BACA JUGA: Pemerintah Tambah Alokasi Pupuk Subsidi 2024 Menjadi 9,55 Juta Ton
Fakta menarik Hari Kabisat 2024
1. Sejak Kaisar Romawi