Sebagai bentuk loyalitasnya terhadap perjuangan partai, pria berusia 46 tahun ini telah meneken surat pernyataan siap menjual ginjal untuk kampanye di atas materai Rp10.000.
Erfin mengaku telah menawarkan ginjalnya kepada siapapun yang mau membeli. Karena biaya kampanye Pemilihan Legislatif (Pileg) sangat tinggi.
Keyakinan Erfin ini bermula saat dirinya melakukan sosialisasi dengan cara mendatangi warga secara door to door.
Mayoritas warga bukan menanyakan visi misi dan program yang diusung oleh Erfin. Mereka justru menanyakan nominal uang yang akan ia berikan kepada pemilih.
"Wani piro (berani berapa)? Kata warga setiap saya sowan ke rumah mereka," ungkap Erfin saat dikonfirmasi oleh wartawan.
Kriris kepercayaan warga terhadap wakil rakyat membuat mereka meminta suaranya dikonversi menjadi uang.
"Masyarakat banyak krisis kepercayaan kepada wakil rakyat," ujarnya.
Erfin menjelaskan, jika semua voter di dapilnya harus dibayar, tentu dirinya memerlukan uang yang banyak untuk memenangi kontestasi.
Bahkan tim sukses juga perlu uang operasional seperti biaya transport, bensin misalnya.
"Satu orang ada Rp200 ribu hingga Rp100 ribu," ucapnya.
Menurutnya, total biaya kampanye untuk menarik perhatian massa jumlahnya mencapai ratusan juta, bahkan hingga milyaran rupiah.
"Untuk duduk di kursi parlemen, saya harus bersaing dan menarik perhatian pemilih.
Karenanya, jual ginjal menjadi satu-satunya opsi untuk membiayai kampanye politiknya di Pemilu 2024.
"Ini bukan untuk kepentingan pribadi. Karena untuk membesarkan nama partai sekaligus bentuk keseriusan saya (menjadi caleg)," katanya.
Bukan hanya jual ginjal, sebagai wujud loyalitasnya terhadap partai dan masyarakat, Erfin berjanji akan mendonasikan 50 persen gaji pokoknya di DPRD Bondowoso, tentunya jika terpilih, untuk kegiatan masyarakat.
Tingkat persaingan yang semakin ketat dalam politik, membuat caleg di berbagai daerah mendapat tekanan lebih untuk menyukseskan kampanye partai.