Paser, Nomorsatukaltim – Sempat jatuh bangun merintis usaha, kini pasutri Isyanto-Nurwidayatun bisa menuai hasil manis. Bakpia yang mereka dagangkan sudah menjadi penghidupan.
Semua bermula tiga tahun lalu. Awalnya mereka hanya bermodalkan duit Rp 500 ribu ketika memulai usaha menjual bakpia. Ide untuk membuat bakpia bermula dari Nurwidayatun. Dia menyebut, sebagai ibu rumah tangga setiap harinya sudah pasti berada di dapur. Tak ingin sekadar sibuk dengan rutinitas keseharian, dirinya pun berpikir dan mencari cara bagaimana bisa menghasilkan cuan meski berada di rumah.
"Saat itu saya berpikir, masa sih tangan ini tak punya keistimewaan yang bisa menghasilkan sesuatu, selain kerjaan di dapur," kata Nurwidayatun, Kamis (14/12/2023).
Hingga akhirnya dipilihlah bakpia. Awalnya dia pernah mencicipi kala berada di Yogyakarta. Tertarik dan menyukai rasanya, Nurwidayatun mencoba membuat sendiri bakpia secara otodidak untuk kemudian dijual di Paser, khususnya sekitar wilayah Desa Klempang Sari, Kecamatan Kuaro.
Dalam membuat bakpia dia harus menyesuaikan rasa lidah masyarakat Paser yang multikultural. Setiap suku memiliki kecenderungan rasa yang beragam. Antara lain ada suku Paser, Banjar, Bugis dan Jawa. Sebelum membuat, pasutri itu selalu meminta masukan kepada konsumen atau warga yang mencicipi. Misal, bagaimana tekstur, bentuk hingga rasanya.
Karena banyaknya masukan atau saran saat memperkenalkan bakpia buatannya, membuat Isyanto dan Nurwidayatun semakin semangat menciptakan bakpia sesuai lidah masyarakat Kabupaten Paser.
"Alhamdulillah bakpia kita disukai masyarakat sini (Paser). Kami bukan tak menghargai produk bakpia yang di Jawa, ya di Jawa punya konsumen sendiri dan kami ciptakan konsumen sendiri," tambah Isyanto.
Awal mula merintis usahanya, Isyanto dan istrinya harus begadang hingga subuh hari kala membuat bakpia. Pasalnya, oven atau pemanggang yang digunakan saat itu berukuran kecil yang hanya bisa menghasilkan 27 pcs bakpia dalam sekali buat.
Kemudian pagi harinya menitipkan ke warung-warung sekitar rumah yang berada di Jalan Garuda, Desa Klempang Sari Kecamatan Kuaro. Namun apa yang diharapkannya yakni produknya laris manis terjual kerap tak sesuai harapan, tak laku, tersisa hingga akhirnya merugi. Akhirnya pasutri itu mencoba peruntungan dengan menjual langsung di rumahnya.
"Kami saat itu yakin bisa dan pasti ada pasarnya. Ternyata, alhamdulilah ada rezekinya dari Allah SWT di situ (berjualan di rumah)," kenang Yanto, sapaan karibnya.
Isyanto bersama istrinya Nurwidayatun sedang mengemas bakpia buatan mereka.-Awal/Disway-
--
--
Ia bersama sang istri yakin jika usahanya yang dinamai Bakpia Sari Berkah 99 akan semakin berkembang. Dikarenakan banyak disukai dan pembelinya terus bertambah, membuat Yanto semakin gigih untuk memproduksi bakpia dalam jumlah banyak.
Adapun bakpia yang dijualnya yakni basah dan kering dengan berbagai varian rasa. Mulai kacang hijau, cokelat, ubi ungu, keju, cappucino hingga durian.
Yanto yang juga Ketua Forum UMKM Kecamatan Kuaro optimistis bisa melebarkan cakrawala bisnisnya. Ia intens berkomunikasi dengan pihak Pemerintah Desa Klempang Sari, pihak Kecamatan Kuaro, Disporapar, Disperindagkop hingga Dinas Kesehatan untuk izin edar.
"Kami sangat apresiasi peranan dari dinas-dinas terkait. Termasuk dari Disporapar yang menyertakannya ikut pelatihan di Yogyakarta," terangnya.
Ia juga mengajukan permohonan dukungan dari pihak swasta, yakni PT Kideco Jaya Agung. Ia menuturkan saat itu bakpianya masih dikemas secara tradisional. Yanto meminta untuk disokong dengan kemasan semenarik mungkin. Apa yang diinginkannya berjalan sesuai harapan.