Bontang, nomorsatukaltim.com – Gubernur Kaltim Isran Noor menganggap rencana Pemkot Bontang menjadikan air dari bekas lubang tambang sebagai bahan baku air bersih masyarakat bukan hal yang tabu. Upaya itu disebut sangat memungkinkan. Tapi kalau ada yang tidak bagus, kata Isran; ya, enggak jadi.
Kota Bontang akan menghadapi krisis sumber air baku. Lantaran sumber air yang dipakai untuk mengaliri saluran PDAM ke rumah warga saat ini. Diprediksi tidak akan mampu menopang kapasitas lagi. Ada spekulasi dua tahun lagi, bakal kering kerontang.
Pemkot Bontang sejak beberapa tahun lalu sudah mencari alternatif sumber air baku. Berbagai upaya sudah dilakukan. Baik melalui proyek nasional, proyek pemerintah provinsi, hingga kerja bareng dengan dunia usaha.
Kemungkinan yang mendekati realisasi yakni dengan memanfaatkan lubang eks tambang atau void, untuk menjadikannya sebagai sumber air baku untuk kebutuhan masyarakat Bontang.
Setidaknya ada dua void milik PT Indominco Mandiri (PT IMM), masing-masing berkode L11N1 dan L13W1. Langsung dikunjungi oleh Gubernur Kaltim, Isran Noor. Bersama Wali Kota Bontang, Basri Rase dan rombongan.
"Kita periksa dan cek dulu, kalau gak bagus ya gak jadi," ujar Isran di hadapan awak media, Jumat 17 Desember 2021.
Pengecekan ke lapangan secara langsung itu dikatakan oleh orang nomor satu di Kaltim tersebut. mencakup jarak void ke PDAM Bontang, aksesbilitasnya. Juga bagaimana lokasi dan kondisi void yang akan dijadikan sumber air baku. Termasuk kandungan airnya, yang sempat dianggap tidak layak dijadikan sumber air baku.
"Kita ada beberapa alternatif (sumber air baku)," tegas Isran.
Penggunaan air dari bekas lubang tambang disebut Isran bukan hal baru, apalagi tabu. Sebelum ini, hal yang sama telah dilakukan di Kutim. Memanfaatkan bekas lubang tambang milik PT KPC. Itu bisa menjadi percontohan, menurut Isran. Apalagi, Bontang yang berdekatan dengan laut itu, tak memiliki banyak pilihan sumber air bersih.
Sementara itu, Wali Kota Bontang, Basri Rase, mengatakan jika Bontang saat ini defisit kebutuhan sumber air baku. Di mana pemenuhan air bersih untuk sekitar 184 ribu jiwa. Pada tahun 2020 saja mencapai 635 liter/detik. Tetapi hanya mampu memroduksi air sekitar 436 liter/detik saja. Atau defisit air bersih sekitar 200 liter/detik. Seluruhnya menggunakan sumber air baku dari sumur atau air tanah.
"Dan semakin hari terjadi penurunan kualitas air baku, disebabkan faktor alam dan non teknis, kita belum mampu memenuhi 24 jam sehari, hanya 19 jam sehari," jelas Basri Rase.
Ditambah biaya operasional dan perawatan yang tinggi karena penggunaan air sumur dalam. Selain itu, total jumlah sambungan rumah tangga saat ini 29.800 sambungan, masih ada target 1.500 sambungan baru lagi. Jika menggunakan sumber air baku yang ada, dipastikan tidak cukup.
Void peninggalan PT IMM inilah dianggapnya sebagai salah satu jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan sumber air baku Bontang. Dari dua void tersebut, memiliki potensi sumber air baku sebesar 175 liter/detik. 75 liter/detik untuk kebutuhan Kutim dan 100 liter/detik untuk kebutuhan Bontang. Ditambah jarak void ke PDAM Bontang hanya sejauh 35 kilometer saja.
Selain itu pembangunan bendungan pengendali (Bendali) Suka Rahmat. Di mana proyek yang terus dilakukan koordinasi dengan Pemprov Kaltim, dan bahkan masuk dalam RPJMD Kaltim, juga dianggap mampu menjadi pemecahan masalah.
Di mana diperkirakan memiliki sumber air baku sebanyak 175 liter/detik, 75 liter/detik untuk kebutuhan Kutim dan 100 liter/detik untuk kebutuhan Bontang.