Samarinda, nomorsatukaltim.com – Permulaan eksistensi Bandara APT Pranoto menghadirkan sedikit anomali. Pasalnya akses menuju bandara yang bakal merajai penerbangan domestik asal Kaltim tersebut, kondisinya tergolong parah. Dituju dari Samarinda atau Bontang-Sangatta, jalanannya bergelombang.
Bandara APT Pranoto di masa awal operasionalnya sejatinya langsung memberi dampak instan. Warga Kukar, Kubar, Mahulu, Bontang, Kutim, terutama Samarinda. Dapat memangkas jarak dan waktu tempuh serta biaya perjalanan. Lantaran keberadaan bandara tersebut lebih dekat ketimbang Bandara SAMS Balikpapan.
Namun, sedari awal pula. Keberadaan Bandara APT Pranoto tidak diikuti dengan penyediaan akses yang mulus. Dari arah Samarinda, sedari kawasan Lempake, Samarinda Utara hingga ke bandara. Pengendara sudah dihadapkan oleh jalan berlubang di banyak titik.
Dari arah Muara Badak, Bontang, dan Kutim, lebih parah lagi. Akses dari tiga wilayah tersebut, terutama dari Bontang dan Sangatta yang selama ini rentan rusak. Menjadi tidak seberapa jika dibandingkan dengan kondisi jalan di kawasan Tanah Datar, Kukar. Tepat beberapa ratus meter dari bandara.
Sekian lama dikeluhkan masyarakat, akses tersebut akhirnya disentuh. Di mana proyek pengerjaannya dilakukan langsung oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah XII Balikpapan.
Dijelaskan oleh PPK 2.1 PJN Wilayah II Kaltim, Teuku Surya Dharma. Total jalan yang masuk dalam kontrak pengerjaan mencapai 52 kilometer, mulai dari jalan rusak yang ada di Kelurahan Lempake, Samarinda Utara hingga Simpang Muara Badak. Pengerjaan sepanjang 52 kilometer ini menjadi pengawasan BPJN Wilayah XII Balikpapan, sedangkan panjang jalan efektif yang diperbaiki sepanjang 23 kilometer.
Namun melihat skala prioritas, jalan di Tanah Datar akan dikerjakan lebih dulu. Sementara ruas bandara-Samarinda akan dikerjakan selanjutnya.
Pengerjaan di sepanjang Desa Tanah Datar, dijelaskan oleh Teuku, berfokus pada pengerjaan galian saluran drainase. Juga saluran air permanen. Sehingga kondisi banjir yang kerap terjadi, dapat tertangani sementara. Fungsinya agar kerusakan di jalan tersebut, tidak bertambah besar.
"Yang kita lakukan sekarang tahun ini, adalah pengaliran airnya serta saluran permanen," jelas Teuku pada Harian Disway Kaltim – Disway News Network (DNN).
Teuku melanjutkan, jalan yang diperbaiki pun bervariasi. Kerusakan ada yang berupa titik-titik atau spot. Juga ada yang kerusakan penuh sepanjang jalan. Jika di Kelurahan Lempake hingga SPBU dan Bandara APT Pranoto Samarinda, kerusakannya berupa titik-titik. Sedangkan untuk jalan dari simpang Bandara APT Pranoto Samarinda hingga Simpang Muara Badak, kerusakannya menyeluruh. Rusak total.
Berbeda halnya saat proses perencanaan perbaikan. Kondisi jalan Bandara APT Pranoto Samarinda menuju Simpang Muara Badak terbilang masih bagus, kerusakan hanya terjadi berupa titik-titik saja. Rupanya akibat adanya sedimentasi dari aktivitas pengupasan lahan di kawasan tersebut, membuat jalan penghubung antar kabupaten/kota di Kaltim tersebut makin memprihatinkan kondisinya.
"Perubahan kondisi yang signifikan ini lah kita fokus ke situ, akibat sedimentasi dari pengupasan lahan, kita gak bilang itu tambang ya," tambah Teuku lagi.
Teuku menambahkan, jika proyek multiyears yang dikerjakan oleh PT Bumi Karsa, kontraktor asal Makassar ini pun bakal menghabiskan anggaran pemerintah pusat mencapai Rp 227 miliar dalam waktu pengerjaan hingga 2023 mendatang. Dengan anggaran untuk tahun 2021 senilai Rp 36 miliar, pada 2022 senilai Rp 140 miliar. Sisanya lagi Rp 51 miliar di tahun ketiga.
TAGIH JANJI KONSESI
Teuku menjelaskan bahwa sebelumnya, dua konsesi pertambangan (KP). Yakni PT LH dan PT CBS yang berinvestasi sekitar Desa Tanah Datar berkomitmen kepada BPJN Wilayah XII Balikpapan untuk melakukan penggalian sedimentasi di sepanjang jalan poros tersebut. Namun sejak Oktober 2020 lalu, komitmen itu urung terlaksana.
Padahal dua KP tersebut cukup lama berinvestasi dan mengeruk emas hitam, yang menjadi ciri khas kekayaan alam Kukar selain minyak bumi dan gas (migas). Sehingga setidaknya dua perusahaan tersebut bisa memberikan sumbangsih yang besar bagi Kukar. Karena ini menyangkut kebutuhan mutlak di akses yang berdampak langsung pada mobilitas dan aktivitas ekonomi di Tanah Datar dan sekitarnya.