Bontang, nomorsatukaltim.com – Sejak pandemi coronavirus disease (COVID-19), kawanan bekantan di Kota Bontang mulai kerap menampakkan diri. Aksi-aksi lincah mereka ramai direkam dan diabadikan warga. Utamanya mereka yang dekat dengan kawasan Taman Nasional Kutai (TNK).
Menurut informasi jumlahnya kian banyak. Data dari Taman Nasional Kutai (TNK) populasinya menyentuh 120 ekor 3 tahun lalu. Kini diyakini lebih dari itu.
Satwa endemik Borneo ini paling sering muncul saat petang. Ketika air mulai surut, mereka berkelompok turun dari ranting-ranting pohon mangrove. Kawanan ini sudah lama tak terlihat bebas. Kini, mereka lebih percaya diri muncul ke 'publik'.
Monyet hidung panjang dengan nama latin nasalis larvatus itu hidup tersebar di sekitar hutan mangrove pesisir Bontang. Sejak kampanye lingkungan 5 tahun lalu, kawasan pesisir sudah rimbun ditumbuhi mangrove. Ini juga yang jadi alasan populasi bekantan terus tumbuh subur.
Di Bontang kawanan monyet hidung panjang ini bisa mudah ditemui di Taman Mangrove Park, TNK di Saleba, Kelurahan Bontang Utara. Mereka juga kerap menampakkan diri di hutan Mangrove pesisir di Tanjung Limau, Kelurahan Gunung Elai.
"Di Bontang tersebar merata. Di Bontang Kuala juga ada, Guntung dan Selambai, serta sebagian di Teluk Pandan (Kutai Timur)," ungkap Kepala Balai TNK Bontang, Nur Patria kepada wartawan.
Jauh sebelum pandemi, kawanan ini susah sekali didapati di ruang-ruang terbuka. Bekantan makhluk yang pemalu dan habitatnya di hutan mangrove.
Sejak COVID-19, kehadiran mereka ke ruang terbuka makin sering. Pun manusia juga berkurang menjamah habitatnya. Makanan alami bekantan buah mangrove dan pucuk bungannya banyak tersedia di pesisir Bontang.
Kehadiran bekantan di pesisir juga sebagai sinyal ekosistem alami di mangrove baik-baik saja. (wal/dah)