Paris memang kota yang romantis. Bukan hanya untuk pasangan muda-mudi. Tapi juga untuk Manchester United. Dua lawatan mereka ke Stadium Parc de Princes, markas Paris Saint-Germain. Dua kali juga mereka menang. Bukan…bukan kemenangannya yang istimewa. Tapi cerita di balik itu semua.
AHMAD AGUS ARIFIN
TANGGAL 3 Juli 2019 sepertinya akan menjadi malam yang kelam bagi fans Manchester United di seluruh dunia. Mereka akan menyaksikan tim kesayangan diporak-porandakan Mbappe dan kolega. Sulit membayangkan bahwa Manchester United akan menang.
Di leg pertama di Old Trafford. Manchester United dihajar 2-0. Dua gol itu dicetak Kimpembe dan Mbappe.
Tapi yang lebih menyakitkan, dua gol itu berawal dari asis Angle Di Maria. Mantan pemain Manchester United yang di laga itu membakar publik Old Trafford dengan selebrasi minum birnya.
Nah di leg kedua. Manchester United didera badai cedera. Anthony Martial, Nemanja Matic, Ander Herrera, Jesse Lingard, dan Juan Mata masih menepi.
Alexis Sanchez kemudian menyusul cedera. Sementara Pogba harus absen karena mendapat kartu kuning kedua di menit ke-89 pada leg pertama.
Martial dan Lingard adalah dua pemain depan andalan Solksjaer. Mereka membentuk trio bersama Rashford. Sementara di lini tengah, trio Matic, Herrera, dan Pogba tak tergantikan.
Ketiganya memberi kontrol permainan yang sangat luar biasa pada masa emas era magangnya Ole. Sialnya, lima pemain winning team itu harus absen.
Lha, di leg pertama yang kelimanya main saja Manchester United keok di kandang sendiri. Apalagi tanpa mereka di leg kedua. Di kandang lawan pula.
Laga di Paris itu benar-benar diselimuti awan hitam bagi Manchester United. Pesimistis menyertai keberangkatan De Gea dkk ke ibu kota Prancis.
Di Paris, Ole mengandalkan tenaga yang tersisa. Jadilah formasi aneh. Smalling, Lindelof, dan Bailly didapuk jadi trio bek sentral. Di depannya, Tominay dan Fred jadi gelandang sentral. Di damping Pereira, serta Shaw dan Young di kedua sisi sayap. Di depan, duet Marcus Rashford dan Romelu Lukaku.
Mudah mengira dengan komposisi ini, PSG akan semakin mudah mengobok-obok pertahanan United. Dan benar saja. PSG menguasai laga dengan 73 persen penguasaan bola.
12 tembakan dengan 4 tepat sasaran. Sementara Manchester United hanya mampu membuat 5 tembakan dengan 1 kali melenceng. Di lapangan, tersiksa sekali anak asuh Ole ini. Tapi beda halnya di papan skor. Karena mereka…
Mereka menang dengan skor 3-1! Yash, Manchester United lolos ke babak 8 besar Liga Champions berkat unggul gol tandang. Dengan agregat sama kuat 3-3.
Dunia berbalik. Malam itu jadi malam panjang buat fans Manchester United. Mereka seolah malas untuk tidur lagi karena euforia yang sangat besar. Bagaimana tidak, from hero to zero.