Samarinda, nomorsatukaltim.com - COVID-19 sudah banyak makan korban jiwa. Virus ini tidak mengenal status. Atau juga jabatan. Dulu ada argumen kalau virus ini hanya membunuh masyarakat lanjut usia. Sekarang tidak. Semua pasien yang memiliki komorbid (penyakit bawaan) bisa meninggal karena virus corona.
Kasus meninggal karena virus yang berasal dari negeri ginseng ini mulai tinggi sejak sebulan terakhir. Bahkan, di Kota Tepian sendiri hampir setiap hari, tim satuan tugas percepatan penanganan COVID-19 melakukan pemakaman pasien.
Dalam sehari satgas ini bisa memakamkan sampai enam pasien. Tapi itu hanya sekali saja. Pun terkadang mereka tidak melakukan pemakaman sama sekali. Artinya, tidak ada yang meninggal hari itu.
“Kemarin saja (2/9/2020) kami memakamkan empat orang. Kalau hari ini (3/9/2020) sih tidak ada. Semoga saja tidak ada yang meninggal hari ini,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Samarinda Ifran, kepada Nomor Satu Kaltim saat dihubungi melalui jaringan telepon, Kamis (3/9/2020).
Awal kasus meninggal, memang didominasi oleh masyarakat lanjut usia. Sekitar usia 60 sampai 70 tahun. Kalau sekarang trennya sudah berubah. Umur yang terbilang muda juga ada. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka memakamkan pasien yang berusia 26 tahun. Ada juga yang 21 tahun. Sampai sekarang, BPBD Kota Samarinda sudah memakamkan 53 pasien.
“Batasannya sekarang 55 tahun. Tergolong sangat muda lah. Cuman mereka pasti memiliki penyakit komorbid. Penyakit paru rata-rata,” ungkapnya.
Tingkat kematian karena virus ini, tentunya berpengaruh dengan ketaatan masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan. Walaupun mereka tetap menggunakan masker. Cuci tangan memang mereka lakukan. Tapi, mereka tetap berkerumun. Tidak ada jaga jarak.
Padahal, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda sudah mengeluarkan aturan yang disebut 3M. Yaitu: Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi berkumpul di kerumunan.
“Justru poin terakhir itu yang peling sering dilanggar,” pungkasnya. (mic/zul)