Bankaltimtara

Ironi Program Makan Bergizi Gratis: Anggaran Jumbo dan Keracunan Massal

Ironi Program Makan Bergizi Gratis: Anggaran Jumbo dan Keracunan Massal

Ariel Aditya Rahmat---dok pribadi

Oleh: Ariel Aditya Rahmat*

PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan gizi anak bangsa kini menghadapi krisis kepercayaan akibat kasus keracunan massal. 

Sejak awal pelaksanaan program pada Januari 2025, lebih dari 6.000 siswa di berbagai daerah, termasuk Balikpapan, diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program ini. Dampak ini menimbulkan trauma mendalam bagi anak-anak dan kekhawatiran serius para orang tua.

Kasus keracunan di banyak wilayah tersebut menunjukkan adanya kelalaian dan lemahnya pengawasan dalam proses penyediaan makanan.

Hasil investigasi mengungkap kontaminasi bakteri berbahaya seperti E.coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan jamur Candida tropicalis pada menu MBG, termasuk penggunaan bahan makanan yang meragukan seperti ikan hiu di Kalimantan Barat. 

Bagaimana mungkin, ikan hiu digunakan pada menu MBG, apakah tidak ada ikan lain yang lebih layak? Padahal anggaran begitu besar, ironis bukan?. 

Baca Juga: Filsafat dalam Pelayanan Publik

Selain itu, distribusi makanan yang terlambat dan manajemen pembayaran yang bermasalah turut menurunkan kualitas pelayanan.

Meskipun pemerintah mengklaim manfaat besar dari program ini, angka kasus yang terus bertambah dan trauma masyarakat membuat desakan agar program ini dievaluasi menyeluruh dan dihentikan sementara hingga sistem pengawasan dan standar mutu diperbaiki. 

Kritik juga muncul terkait pemborosan anggaran besar dan efektivitas program yang belum terbukti. APBN 2025 mengalokasikan Rp 71 triliun awal untuk MBG, yang terus membengkak hingga rencana anggaran Rp 140 triliun tahun ini, bahkan naik tajam menjadi Rp 335 triliun untuk 2026. 

Untuk membiayai tersebut, pemerintah memotong anggaran dari kementerian lain hingga Rp 306,6 triliun, yang berpotensi memperlambat sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

Baca Juga: TKD Dipangkas: Fokus Program Pro Rakyat, Ambil Peluang Pembangunan Melalui APBN

Dampak negatif lain adalah ketergantungan masyarakat pada makanan gratis, yang mengurangi motivasi peningkatan kemandirian gizi dan ekonomi serta merugikan pelaku usaha kecil di sektor makanan yang kehilangan pelanggan. 

Keseluruhan fakta ini memperlihatkan bahwa meskipun MBG bertujuan memberikan investasi besar bagi masa depan anak bangsa, kenyataannya program ini memicu krisis kepercayaan, risiko kesehatan, dan pemborosan anggaran.

Sangat mendesak bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan memperbaiki program secara menyeluruh. Program MBG yang semula diharapkan menjadi berkah kini berubah menjadi beban, bahkan bencana, bagi anak-anak Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: