Bankaltimtara

Makna Kode 1312 dalam Aksi Demo, Sejarah dan Kontroversi yang Mengiringinya

Makna Kode 1312 dalam Aksi Demo, Sejarah dan Kontroversi yang Mengiringinya

ilustrasi aksi demo membentangkan spanduk bertulisnkan 1312 forever-istimewa-

Popularitasnya memuncak pada 2020 saat gelombang demonstrasi menentang kekerasan aparat merebak di berbagai negara, menjadikan 1312 salah satu slogan yang paling sering digunakan di jalanan maupun dunia maya.

Meski demikian, penggunaan istilah ini menimbulkan perdebatan.

BACA JUGA : KPK Tahan Bos Bara Jaya Utama (BJU), Diduga Rugikan Negara Rp 1,7 Triliun

Bagi kalangan pendukung, 1312 adalah kritik sistemik terhadap lembaga kepolisian, bukan serangan personal terhadap individu polisi.

Namun, banyak pihak menilai slogan tersebut terlalu provokatif karena menyamaratakan aparat secara keseluruhan.

SFenomena ini juga mendapat perhatian kalangan akademisi. Menurut Dr. Alex Vitale, sosiolog dari Brooklyn College sekaligus penulis The End of Policing, slogan seperti ACAB dan 1312 lahir dari pengalaman panjang masyarakat menghadapi kekerasan aparat.

“Slogan ini adalah cara singkat untuk mengekspresikan ketidakpercayaan terhadap institusi kepolisian, yang bagi banyak komunitas dianggap lebih sering menjadi sumber masalah daripada pelindung,” ujarnya.

BACA JUGA : Prabowo Kecewa dengan Tindakan Aparat Lindas Driver Ojol Sampai Tewas, Sanksi Sudah Disiapkan

Senada dengan itu, Mark Neocleous, profesor politik dari Brunel University, menilai bahwa keberadaan simbol ACAB maupun 1312 adalah representasi konflik sosial antara masyarakat dan negara.

“Slogan ini memang provokatif, tetapi ia berfungsi sebagai bahasa politik yang menyuarakan ketidakpuasan. Ia bukan sekadar makian, melainkan simbol dari resistensi terhadap struktur kekuasaan,” tulisnya.

Di lapangan, kode 1312 tetap digunakan secara luas, baik melalui coretan di tembok kota, tato di tubuh, hingga atribut demonstrasi.

Para pengguna menilai simbol angka lebih aman daripada menuliskan kata ACAB secara langsung, karena relatif lebih sulit disensor atau dilarang.

BACA JUGA : Audiensi dengan Wali Bota Balikpapan Batal, Aliansi Bakwan Ultimatum Pemkot

Fenomena 1312 memperlihatkan bagaimana sebuah kode sederhana dapat menjelma menjadi simbol global perlawanan terhadap otoritas.

Dari akarnya di Inggris pertengahan abad ke-20 hingga menjadi bahasa simbolik dalam aksi protes modern, 1312 tetap menjadi representasi perdebatan panjang tentang batas antara kebebasan berekspresi dan tindakan yang dianggap provokatif.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait