Diduga Depresi, Pasien RSUD AWS Samarinda Nekat Gantung Diri
Suasana di RSUD AWS Samarinda.-mayang/disway kaltim-
Namun, terkait apakah pasien US dirawat seorang diri atau bersama pasien lain, Jaya mengaku belum menerima laporan rinci.
BACA JUGA:Polresta Samarinda Siapkan 60 Personel, Guna Sterilisasi Lalu Lintas Kegiatan HKG PKK ke-53
Lebih lanjut, Jaya menegaskan akan segera melakukan evaluasi terhadap sistem pengawasan dan penanganan pasien di RSUD AWS.
Agar tragedi ini tidak terulang kembali. Ia menekankan pentingnya perhatian khusus bagi pasien-pasien dengan risiko psikologis tinggi seperti penderita kanker stadium lanjut.
"Kita akan lakukan evaluasi internal, dan tentu akan meminta manajemen RSUD AWS untuk memperketat pengawasan dan memperbaiki SOP dalam menangani pasien dengan kondisi mental yang rentan," pungkasnya.
Sementara itu, dari hasil olah tempat kejadian oleh tim Inafis Polresta Samarinda dan Polsek Samarinda Ulu, tidak menemukan tanda kekerasan lain selain jeratan di leher korban.
Kapolsek Samarinda Ulu, AKP Wawan Gunawan melalui Kanit Reskrim, Ipda Eko Harianto, membenarkan terjadinya insiden ini.
BACA JUGA:Respon Pernyataan DLH Kaltim Soal Sampah, Jasno Tegaskan Kementerian Justru Apresiasi Pemkot
"Kami menerima laporan adanya dugaan bunuh diri di RS AW Syahranie, tepatnya di ruang Angsoka nomor 2002," ungkap Ipda Eko Harianto.
"Saksi pertama, seorang perawat, yang mengontrol ruangan dan melihat korban sudah tergantung di jendela ventilasi kamar," sambungnya.
Usai penemuan tragis tersebut, pihak rumah sakit segera menghubungi anak korban.
Keterangan dari anak korban, US diketahui memiliki riwayat penyakit gagal ginjal dan komplikasi serius. Serta seringkali dilanda depresi akut akibat kondisi kesehatannya.
BACA JUGA:150 Remaja Daftar Lomba Dai Cilik dan Muda LDNU Kaltim
"Ada indikasi korban sebelumnya pernah mengungkapkan keinginan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan dengan sakit yang dideritanya dan merasa membebani keluarganya," jelas Ipda Eko.
Dugaan kuat sementara, pasien mengalami depresi berat sehingga menjadi faktor utama di balik tindakan nekat ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
