Bankaltimtara

Pasar Subuh Sudah Tiada, Pedagang Sesalkan Pembongkaran Tanpa Kompromi

Pasar Subuh Sudah Tiada, Pedagang Sesalkan Pembongkaran Tanpa Kompromi

Proses pembongkaran lapak-lapak Pasar Subuh Samarinda oleh Satpol PP, Jumat (9/5/2025).-Disway/ Mayang-

BACA JUGA: Konvensi Nasional PUKAT di Samarinda Resmi Dibuka

Namun kini, suara tawar-menawar antara pedagang dan pembeli itu telah hilang. Lapak-lapak yang berdiri selama puluhan tahun itu hanya tinggal puing-puing saja.

Dikatakan Farida, mereka memiliki paguyuban arisan yang telah berjalan lama dan menjadi tumpuan solidaritas antar pedagang.

Dalam seminggu, arisan itu bisa mengumpulkan lebih dari Rp23 juta. Kini, semua itu terancam bubar.

"Kok seperti ini? Kami hanya minta ditunda sampai selesai arisan. Kalau kami digusur, tolong carikan tempat dekat sini. Karena pembelinya orang sekitar sini," ujar Farida.

BACA JUGA: Razia Marshmellow Mengandung Babi Digelar di Samarinda

Ibu satu anak itu mengaku, penghasilannya hanya berasal dari berjualan di Pasar Subuh saja. Begitu juga dengan suaminya, mereka bekerja sama saling membantu dalam satu lapak yang sama.

Baginya, seorang anak ini biaya hidupnya seolah membiayai lima orang anak. Oleh karena itu, dirinya menyempatkan diri mengikuti arisan antar pedagang.

"Kami punya arisan paguyuban. Kami cuma mau tetap bisa hidup, tetap bisa berjualan di sini untuk biaya hidup kami dan anak kami,” katanya.

“Andai kata ada mediasi, kami hanya ingin paling tidak ditunda sampai selesai arisan kami. Itu saja. Kami tidak akan menolak. Yang penting jelas,” tambah Farida.

BACA JUGA: Inflasi Kaltim Melandai, TPID Dorong Adopsi Teknologi dan Penguatan Pasar Daerah

Farida menerangkan, aktivitas jual-beli di pasar ini bukanlah aktivitas ilegal. Dirinya dan pedagang lain tidak menempati lahan secara gratis. Setiap per tiga bulan, mereka membayar Rp1 juta kepada pemilik lahan.

"Sedangkan keperluan kami bersama teman-teman banyak sekali. Ada yang sekolahkan anak, ada yang kuliahkan anak, ada yang kredit rumah belum selesai, ada cicilan yang lain-lain. Bagaimana kami bisa membayar?” beber Farida.

Para pedagang, kata Farida, selama ini tidak pernah melewati trotoar untuk membuka lapak dagangannya. Namun, meski mereka sudah bersikap tertib dan sadar diri, mereka tetap digusur paksa.

Padahal, Farida menilai, Pasar Subuh ini sudah memiliki sejarah panjang yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional lain.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait