Kasus Antraks di Gorontalo Jadi Atensi, Pengawasan Sapi Masuk Balikpapan Diperketat

Kasus Antraks di Gorontalo Jadi Atensi, Pengawasan Sapi Masuk Balikpapan Diperketat

BALIKPAPAN, DiswayKaltim.com - Munculnya penyakit antraks di Gorontalo, membuat Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DPPP) Balikpapan waspada. Ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, hampir sebagian kebutuhan hewan kurban seperti sapi di Balikpapan, dipasok dari provinsi itu.

"Memang belum ada peringatan. Tapi kami tetap waspada," kata Kepala DPPP Balikpapan Heria Prisni kepada Disway Kaltim di kantornya, Kamis (25/6).

Sebagai langkah antisipasi masuknya penyakit menular itu di Kota Beriman, DPPP akan memperketat pengawasan terhadap masuknya hewan kurban di Balikpapan. Mulai dari dokumen masuk hingga pengecekan kesehatan hewan di lapangan.

"Misalnya pengecekan dokumen hasil pemeriksaan Balai Karantina dari daerah asal. Kan dari daerah asal, harus dikarantina dulu. Itu dokumennya kita periksa. Pemeriksaan kita lebih perketat. Kemudian di pelabuhan juga kan diperiksa. Sehingga ini bukan hanya tugas DPPP saja. Tapi juga Balai Karantina," jelasnya.

Begitu sampai di Balikpapan, hewan-hewan kurban yang dipasok dari luar daerah juga diperiksa kesehatannya. Oleh DPPP Balikpapan. "Sampai di sini, kita periksa lagi. Memang tiap tahun begitu. Kalau tahun ini kan, penjualnya harus ada hasil tes COVID-19. Itu juga sementata kita susun surat edarannya," tambahnya.

Kebutuhan hewan kurban di Balikpapan tahun ini diprediksi berjumlah 4.200 ekor. Di antaranya sapi 3.000 ekor dan kambing 1.200 ekor. Dari jumlah 4.200 itu, 40 persen dipenuhi dari peternal lokal. Sementara 50 persen dari Gorontalo dan sisanya dari Bali.

"Itu mengacu pada Lebaran tahun 2019. Paling banyak dari Gorontalo. Kalau Bali hanya sedikit. Biasanya, pasokan dari daerah-daerah tersebut datang satu bulan sebelum hari raya. Tahun ini, kurang lebih awal Juli nanti sudah pada datang," ujar Heria.

Untuk diketahui, sebanyak 22 orang warga Gorontalo terpapar penyakit antraks. Beberapa di antaranya, terpapar setelah mengonsumsi daging sapi yang mengandung bakteri antraks. Para warga tersebut mengalami luka melepuh di bagian tangan, perut, hingga wajah yaitu bagian mata.

Adanya kasus itu dideteksi Puskesmas Limboto Barat. Awalnya pihak puskesmas itu mendeteksi 11 warga yang terindikasi terkena antraks pada 2 Juni 2020.

Sebelas orang yang dinyatakan terindikasi antraks itu merupakan hasil pemeriksaan terhadap 25 orang yang melapor ke rumah sakit. Kemudian ada tambahan 11 orang lainnya. Sehingga korban bertambah jadi 22 orang. (sah/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: