Organda Samarinda Minta Fasilitas Tol Balsam Dipenuhi

Organda Samarinda Minta Fasilitas Tol Balsam Dipenuhi

Ia menyebut peran pemprov Kaltim belum optimal. Dalam mengedepankan peran daerah dalam proyek pembangunan nasional.

Terkait pengaruh penetapan tarif jalan tol terhadap tarif transportasi angkutan darat, Sulaeman enggan menjawab. Menurutnya itu masuk di ranah Organda provinsi.

"Ya bisa saja, penyedia jasa travel menaikkan harga. Tapi lebih jelasnya, bisa ditanyakan ke Organda provinsi," ungkapnya.  Sementara itu, Tim Disway Kaltim sudah berusaha menghubungi Ketua Organda Kaltim. Namun belum mendapat respon.

Di tempat terpisah, anggota Himpunan Pengusaha Event Kreatif (Hiekraf) Kaltim, Dharma Hadi berharap pemerintah daerah mengevaluasi tarif yang akan diberlakukan. “Supaya bisa dijangkau masyarakat,” katanya.   Tingginya tariff tol dikhawatirkan berdampak pada kenaikan sebagian harga barang dan jasa.

Sementara Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim, Slamet Brotosiswoyo dalam pernyataan sebelumnya meminta Pemprov Kaltim menimbang rencana tarif. “Setahu saya, dulu disepakati Rp 1.000 per kilometer,” katanya. Sementara dengan skema yang diatur melalui Kepmen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), besaran tarif sekitar   Rp. 1.200 per kilometer.

Tak Masalah

Sementara itu Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Balikpapan, Syaifudin bisa memahami penetapan tarif Tol Balikpapan-Samarinda. “Kalau saya melihat, penerapan tarif untuk Golongan I dari Samboja ke Jembatan Mahkota (Samarinda) memang tidak efisien karena jarak tempuh dekat, dan harganya mahal.”

Lebih ekonomis ongkos tersebut membeli bahan bakar yang bisa menempuh perjalanan pergi-pulang. “Memang lebih cepat, tapi tak efisien,” kata Syaifudin mengulang.    

Meski begitu, untuk muatan kargo, ia tak punya pilihan lain. Banyak anggota Aprindo yang memilih jalan tol untuk menghindari risiko lebih besar. “Yang muatan berat, masih akan pakai jalan tol untuk menghindari tanjakan,” ujarnya.

Karena tetap melintas tol, para sopir melakukan subtitusi biaya. Salah satunya mengalihkan ongkos BBM. Diakui Syaifudin, kendaraan berat mengkonsumsi BBM sangat tinggi. Untuk jarak tempuh 50 kilometer, truk bisa menghabiskam 35 liter sampai 40 liter BBM.

“Karena tidak lagi melewati gunung, penggunaan BBM juga lebih hemat, dari situ bisa untuk bayar tol.”

Aptrindo mengakui keberadaan tol sangat membantu mereka. Oleh karena itu, sejak adanya jalan berbayar itu, para sopir truk dengan tujuan Samarinda – Balikpapan tak pernah melintas lagi di jalan arteri.

“Kadang mereka berani overload,” imbuhnya. Anggota Aptrindo Balikpapan saat ini mencapai 800 pelaku usaha pemilik truk. Mereka beroperasi sampai Bontang, Berau, Penajam Paser Utara, Sangatta, dan Samarinda.

Alasan Pemerintah

Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Muhammad Sa’bani memahami penetapan besaran tarif. “Dalam kalkulasi mereka, modal yang diperlukan sangat besar, sementara return-nya sangat lama. Penyebabnya, LHR (lalu lintas harian rata-rata) kita relatif masih sangat rendah dibandingkan Pulau Jawa dan Sumatera,” ungkap Sa’bani dalam pernyataan resmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: