Puluhan Warga Rohingya Menyabung Nyawa karena Terusir

Puluhan Warga Rohingya Menyabung Nyawa karena Terusir

Seorang pengungsi pria Rohingya menarik seorang anak kecil saat mereka berjalan ke pantai setelah menyeberangi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan kapal melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh. (Danish Siddiqui/Antara). Dhaka, Diswaykaltim.com – Perjuangan warga Rohingya untuk keluar dari kekerasan dan diskriminasi di “kampung halamannya” harus dibayar dengan nyawa. Mereka berupaya keras mencari suaka baru di lintas negara. Selama di laut lepas, di antara mereka ada yang selamat. Tak sedikit pula yang terombang-ambing di laut hingga tak dapat diselamatkan. Puluhan warga Rohingya yang diyakini berasal dari salah satu kapal yang terjebak di laut mendarat di pantai Bangladesh selatan pada Sabtu (2/5/2020) lalu. Demikian menurut petugas setempat. “Kapal kecil yang mengangkut 43 warga tiba di pantai hari ini (Sabtu),” kata pejabat pemerintah, yang menolak disebutkan identitasnya. Beberapa dari mereka yang tiba dikirim ke Bhasan Char, daerah terpencil di lepas pantai, tempat otoritas sebelumnya berencana menampung warga Rohingya. Direktur kelompok pemantau Arakan Project Chris Lewa mengatakan, kelompok yang mendarat pada Sabtu lalu kemungkinan datang dengan kapal kecil dari salah satu kapal yang lebih besar, yang masih berada di laut, yang diyakini membawa ratusan orang. Ratusan warga Rohingya, anggota minoritas muslim dari Myanmar, terlantar di sedikitnya dua kapal pemukat antara Bangladesh dan Malaysia, saat negara Asia Tenggara itu memperketat perbatasan untuk mencegah virus corona. Kapal lainnya yang membawa ratusan warga Rohingya yang kelaparan dan kurus kering setelah beberapa pekan di laut tiba di Bangladesh pada pertengahan April. Para penyintas menceritakan belasan orang meninggal di kapal. PBB mendesak otoritas agar mengizinkan kapal-kapal itu mendarat. Namun sentimen antipengungsi melonjak di Malaysia. Sementara pemerintah negara-negara menyatakan perbatasan ditutup sebagai langkah untuk mencegah virus corona. Warga Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh selama bertahun-tahun menempuh cara untuk menyelamatkan diri dengan kapal menuju Thailand dan Malaysia, ketika kondisi laut cukup tenang antara Oktober hingga April. Ratusan orang meninggal pada 2015 setelah tindakan keras di Thailand membuat para penyelundup meninggalkan kargo bermuatan manusia di laut. Diketahui, warga Rohingya di Myanmar berusaha keras meninggal negara tersebut karena tak diakui sebagai warga Myanmar. Gerakan sara dari kelompok ekstremis ikut menyulitkan kelompok muslim ini mendapatkan pengakuan dari otoritas negara. (ant/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: