Menguak Manfaat Limbah Kelapa Sawit
OLEH: ETIK SETIJAWATI Muara Badak terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada posisi 117o07’BT dan 0o11’ LA 0o31’ LS. Dengan luas wilayah mencapai 939,09 kilometer persegi. Jumlah penduduknya mencapai 57.712 jiwa. Tersebar di 13 desa. Selain memiliki potensi sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi (migas) serta batu bara, Muara Badak juga memiliki potensi di sektor perikanan dan perkebunan. Di Muara Badak, perkebunan kelapa sawit berkembang pesat. Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penghasil minyak goreng dan bahan bakar (biodiesel). Potensi perkebunan sawit di kecamatan tersebut sangat luar biasa. Sektor ini mampu menghasilkan keuntungan besar. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Di Muara Badak terjadi konversi dari lahan tidak produktif menjadi perkebunan kelapa sawit 4.878 hektare. Perkebunan kelapa sawit telah menjadi komoditi paling besar jika dibandingkan komoditi perkebunan lainnya. Hal ini diperkuat dengan data series statistik Dinas Perkebunan Kukar. Pada 2006, luas kebun rakyat untuk komoditi kelapa sawit 6.945 hektare. Dengan jumlah petani 3.609 KK. Sampai 2017, angka ini terus mengalami kenaikan yang sangat pesat. Luas kebun rakyat telah mencapai 27.628 hektare. Atau mengalami peningkatan 425 persen dari 2006. Sementara jumlah petani pada 2017 sebanyak 12.579 KK. Meningkat 286 persen dari 2006. Produksi kelapa sawit juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada 2006, produksi kelapa sawit sebanyak 9.990 ton Tandan Buah Segar (TBS). Meningkat 232.720 ton TBS pada 2017. *** Tak bisa dipungkiri bahwa perkebunan kelapa sawit mampu mendongkrak perekonomian. Baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit menjadi andalan bagi sebagian masyarakat di Muara Badak. Apalagi ada pabrik pengolahan: PT Tri Tunggal Sentra Buana. Lahan untuk perkebunan kelapa sawit perusahaan itu berada di tiga desa di Muara Badak: Saliki, Muara Badak Ulu, dan Selopala. Dengan luas lahan perkebunan 200 hektare. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh oleh masyarakat dan pemerintah dari perkebunan sawit: penyerapan tenaga kerja; menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar. Sehingga dapat menekan angka kemiskinan; mengurangi angka pengangguran; keberadaan pabrik tersebut dapat menerima produksi kebun sawit rakyat dengan harga yang pantas. Tanpa adanya bayang-bayang dari tengkulak; CSR dari perusahan membantu pembangunan di sektor pendidikan, sosial dan infrastruktur, serta pendongkrak ekonomi daerah. *** Bagaimana dengan limbah kelapa sawit? Di balik banyaknya keuntungan keberadaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, ternyata ada beberapa permasalahan yang ditimbulkannya. Misalnya konversi lahan mengakibatkan keseimbangan alam terganggu. Karena hilangnya beberapa keanekaragaman hayati dari flora dan fauna. Permasalahan lain muncul seiring dengan produksi CPO yang menghasilkan limbah berupa zat buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Limbah kelapa sawit dapat berupa limbah cair, cangkang (batok kelapa), limbah solid (lumpur), dan limbah tandan kosong sawit. Limbah kelapa sawit menimbulkan banyak masalah. Penumpukannya yang semakin menggunung menimbulkan bau tidak sedap. Sehingga dapat menyebabkan pencemaran udara, tanah maupun air serta menghasilkan polutan. Di tengah gempuran kritik dampak negatif limbah, pihak perusahaan mengambil langkah bijak dengan berbagai penelitian untuk memanfaatkan limbah sawit tersebut. Setiap bulan, sawit yang masuk sekitar 10.266.550 ton. Setelah sawit tersebut diambil minyaknya, diperoleh sisa produksi berupa limbah sawit. PT SUAN memanfaatkan limbah tersebut. Pertama, cangkang sawit sebagai bahan bakar untuk boiler di pabrik. Sehingga pabrik hemat energi. Karena memanfaatkan limbah sebagai energi operasional mesin pabrik. Kedua, kelebihan cangkang kelapa sawit dibandingkan batu bara adalah cangkang kelapa sawit lebih ramah lingkungan. Unsur batu bara mengandung sulfur dan nitrogen. Pembuangan uap dari boiler akan mengganggu kesehatan masyarakat. Ketiga, pemanfaat cangkang sawit menjadi briket diperkuat dengan penelitian yang pernah kami lakukan di SMPN 1 Muara Badak. Dengan membuat briket dari cangkang sawit sebagai energi alternatif. Keempat, tankos kelapa sawit yang sudah kering digunakan sebagai media tumbuh untuk budi daya jamur. Kelima, pupuk limbah kelapa sawit. Selain dapat memperbaiki sifat tanah, pupuk limbah kelapa sawit juga dapat digunakan untuk membantu proses pemupukan lahan. Karena limbah cair kelapa sawit mengandung unsur hara N 1,307 persen, unsur hara P 0,095 persen, dan unsur hara K 0,311 persen. Pada limbah solid (lumpur) memiliki nilai unsur hara N 1,314 persen, unsur hara P 0,062 persen, unsur hara K 0,521 persen. Pada limbah tandan kosong sawit memiliki nilai unsur hara N 1,301 persen, unsur hara P 0,271 persen, dan unsur hara K 0,311 persen. Di sisi lain, masih banyak pabrik kelapa sawit yang peduli dengan penanganan limbah. Salah satunya Rea Kaltim. Perusahaan ini berupaya keras mengelola limbah. Perusahaan kelapa sawit di Kukar ini membangun dua unit instalasi biogas plant senilai Rp 100 miliar. Secara bertahap membangun dua instalasi yang dinamakan Cakra Biogas Plant dan Perdana Biogas Plant sejak 2012. Hasilnya kini sudah bisa dinikmati: produksi kompos diolah dari 2.800 ton limbah palm oil mills effluent (POME) per bulan; produksi gas metana dari proses fermentasi POME. Gas ini yang menjadi bahan bakar penggerak turbin pembangkit listrik dengan daya 7 MW listrik; menyediakan daya listrik dari limbah POME menjadi energi mandiri area perkebunan seluas 32 ribu hektare. Secara otomatis perusahaan berhemat secara maksimal hingga mendongkrak pendapatan Rp 25 miliar per tahun, serta menyediakan aliran listrik bagi warga sekitar. Pemanfaatan limbah POME sedang menjadi tren di industri perkebunan kelapa sawit Kaltim. Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Kaltim Henny Herdiyanto mencatat, ada lima perusahaan yang sudah serius mengolah limbah kelapa sawit menjadi energi listrik: PT Multi Makmur Mitra Alam (Paser), PT Indonesia Plantation Synergi (Kutai Timur), PT Hutan Hijau Mas Group (Berau), PT Prima Mitrajaya Mandiri (Kukar), dan PT Rea Kaltim Plantations. (*Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Mulawarman)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: