RSI Samarinda Bisa Jadi Opsi ketika Pasien COVID-19 Membeludak

RSI Samarinda Bisa Jadi Opsi ketika Pasien COVID-19 Membeludak

Beberapa pakar medis menyebut coronavirus disease (COVID-19) tidak berbahaya. Yang berbahaya adalah penyebarannya. Sangat cepat. Jika pasien membeludak, kemudian sarana medis dan jumlah tenaga medis tidak memadai, dimungkinkan banyak korban yang tak tertangani. Bagaimana kesiapan Kaltim menghadapi lonjakan pasien tersebut? ------------ ANDI M Ishak, plt kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kaltim sudah mulai mendata. Tempat mana saja yang bisa dijadikan sebagai rumah sakit sementara. Rujukan pasien COVID-19. Jika pada perkembangannya terjadi lonjakan pasien yang massif. Satu di antaranya adalah Rumah Sakit Islam (RSI) Samarinda. Yang sudah lama tidak digunakan itu. Yang menjadi sengketa antara Pemprov Kaltim dengan yayasan rumah sakit itu. Tampak dari depan rumah sakit tersebut masih terkunci rapat. Lama tak ada aktivitas. Lama tak digunakan. Disway Kaltim pun mencoba untuk mengonfirmasi kepada pihak RSI, soal kesiapannya digunakan sebagai rumah sakit rujukan COVID-19. Ketua Yayasan RSI dr Aji Sirafuddin saat dihubungi menyambut dengan tangan terbuk. Ia mengaku, RSI siap menampung Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Ataupun pasien yang sudah ditetapkan terjangkit virus corona atau COVID-19. Saat ini, rumah sakit tersebut sedang tidak beroperasi pasca izinnya dibekukan pada 2016 lalu. Aji mengaku telah melakukan koordinasi dengan RSUD Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda. Agar menjadikan RSI sebagai alternatif jika kapasitas RSUD AWS tidak mencukupi. Bahkan, niatan tersebut dilontarkan langsung dari manajemen yayasan RSI. “Kami menawarkan diri kepada pemerintah provinsi (Pemprov). Karena kita kan belum beropersi. Tapi, fisiknya kan ada. Tapi, kita menginformasikan ke direktur RSUD AWS,” katanya, kemarin. Sebagai instansi swasta, mereka melakukan koordinasi hanya sampai tingkat RSUD AWS. Nantinya, manajemen rumah sakit plat merah tersebut akan menyampaikan langsung ke Gubernur Kaltim Isran Noor. “Pada prinsipnya, bangunan kita siap dipakai. Mengenai fasilitas yang kurang, gugus tugas COVID-19 dapat melengkapi. Karena mereka yang lebih mengetahui. Kalau ruangan, semua bisa dipakai. Tapi, karena lama tidak digunakan, jadi pasti kotor. Paling dua sampai tiga hari selesai,” bebernya. Ia mengungkapkan, daya tampung rumah sakit itu dapat mencover 100 pasien lebih. Bahkan, bisa hingga 150 orang. Hanya saja terkait alat medis yang perlu pembaharuan. Pasalnya, sudah sekitar empat tahun RSI tidak beroperasi. Terkait hal ini, kata dia, belum ada pertemuan secara langsung antara manajemen yayasan RSI dan Gubernur Kaltim. Membahas pemakaian gedung RSI sebagai tempat tambahan jika terjadi lonjakan pasien COVID-19. Namun, informasinya manajeman RSUD AWS berencana akan melakukan survei di lokasi RSI. Tapi sampai saat ini, rencana tersebut belum terealisasi. Akibat perkembangan virus yang begitu cepat bertumbuh. “Senin (22/3/2020) rencananya. Tapi, sampai sekarang belum ada kabar lagi. Mungkin karena mereka lagi sibuk. Tapi, kami tetap menunggu arahan dari mereka. Kami, enggak bisa juga terlalu kencang,” cetusnya. Sebelumnya diberitakan, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Andi M Ishak menyebut bangunan RSI masuk sebagai kandidat rumah sakit rujukan ketika lonjakan pasien corona mengalami ledakan. Selain RSI, ada beberapa opsi rumah sakit rujukan lainnya. Antara lain Convention Hall Sempaja, Balai Pelatihan Kesehatan, dan Asrama Haji di Balikpapan. TAMBAH KAPASITAS Selain mempertimbangkan opsi membangun RS sementara sebagai rujukan pasien COVID-19, Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim juga meminta RS rujukan saat ini untuk menambah kapasitas. Daya tampung di beberapa rumah sakit rujukan. Yaitu, RSUD Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda dan RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan (RSKD). Di RSKD sampai saat ini informasinya sudah tersedia 50 tempat tidur. Sedangkan di RSUD AWS sudah disiapkan 40 tempat tidur. Tapi, nantinya, ada beberapa ruangan yang dialihfungsikan. Ke depannya, akan menampung 160 orang. “Kami sudah meminta, terutama rumah sakit yang sudah menjadi rujukan untuk melakukan upaya peningkatan pelayanan dan kapasitas. Dengan cara yang paling cepat sekarang yaitu mengalihfungsikan ruangan,” kata Andi. Sementara, untuk rumah sakit di daerah lainnya, belum ada konfirmasi terkait penambahan ruangan tersebut. Baru RSUD Taman Husada Bontang. Mereka juga akan mengalihfungsikan ruangan. Hanya saja, sampai saat ini, belum diketahui kapasitas maksimal yang mereka siapkan. Hotel Atlet di Samarinda pun sempat menjadi opsi. Hanya saja, opsi itu menjadi batal karena saat tim melakukan survei ke lokasi, kondisi bangunan rusak parah. Tidak memungkinkan untuk direnovasi dalam waktu dekat. Butuh waktu lama untuk melakukan perbaikan bangunan tersebut. Kemudian, Convention Hall Sempaja Samarinda. Tempat tersebut dapat menampung kurang lebih seribu pasien. Bahkan, jika ini dipakai Andi mengusulkan untuk tidak perlu dilakukan penyekatan. “Kalau saya pribadi, akan mendorong convetion hall. Tinggal dipasang Kasur saja disitu. Yang penting, pasiennya terpantau disitu. Itu menurut saya ruangan paling siap. Luas dan mudah mengaturnya. Kapasitasnya pun sangat besar,” terangnya. Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) di Samarinda pun dilirik. Kapasitas tampungannya dapat mencapai 80 pasien. Sementara untuk asrama Haji di Balikpapan sebenarnya masuk sebagai opsi. Hanya saja, masih menunggu kementerian agama. Tapi, menurut Andi, kementerian agama masih meminta rekomendasi Kementerian Kesehatan. Pasalnya, dalam waktu dekat juga bangunan tersebut akan dipersiapkan untuk pelaksanaan ibadah haji. Untuk tempat, sebenarnya banyak opsi yang dapat dilakukan. Hanya saja, kendala utama yaitu tenaga medis. Pasalnya, untuk dokter spesialis paru sendiri, di Bumi Etam masih sedikit. Tidak lebih dari 50 orang. Menurutnya, justru perawat yang kemungkinan akan ditambah. “Perawat-perawat yang ada ini dapat kita fungsikan. Tapi, mungkin kami nanti akan bekerjasama dengan rumah sakit swasta. Tapi, untuk dokter, saat ini setiap rumah sakit yang kita tunjuk sebagai rumah sakit rujukan itu ada dokter spesialis paru. Juga dokter penyakit dalam,” bebernya. Bagi kebutuhan normal sih masih cukup. Hanya saja, kalau terjadi ledakan pasien, nantinya Diskes akan mencari relawan. Untuk menutupi kekurangan yang dibutuhkan. “Ya, kayak di beberapa daerah lainnya. Pasti, akan membentuk relawan,” pungkasnya. (mic/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: