Naik…

Naik…

REPORTER: Renata Andini Pangesti EDITOR: Arie Pramana Putra TANJUNG REDEB, DISWAY - Perkembangan ekonomi Berau kerap disebut mengalami penurunan sejak 2016. Tapi, data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat laju pertumbuhan ekonomi di Bumi Batiwakkal, mengalami kenaikan hingga 5,55 persen. Angka tersebut, naik dari tiga tahun sebelumnya. Di mana pada tahun 2016 tercatat pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) -1,70 persen, 2017 sempat naik di angka 3,01 persen, dan pada 2018 melemah di angka -2,05 persen. (selengkapnya lihat grafis) Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Berau, Lita Januarti mengatakan, maraknya isu perekonomian Berau, yang semakin menurun bukanlah hal yang benar. “Coba ambil salah satu contoh sektor tambang. Tambang memiliki kontribusi paling besar dalam penyumbangan pendapatan daerah Berau. Tahun 2019 tidak menurun, tapi mengalami kenaikan 6,49 persen. Otomatis ketika tambang meningkat, maka terjadi peningkatan ekonomi Berau,” jelas Lita di Kantor BPS, Selasa (25/2). Diakuinya, pada tahun 2019, ada beberapa sektor yang menurun, antara lain berupa tanaman semusim, pertambangan bijih logam, industri kayu, serta persentase terbesar ada pada sektor transportasi, khususnya angkutan udara. Penyebab turunnya angkutan udara, dikarenakan bencana kabut asap yang menyebabkan banyak pembatalan jadwal penerbangan, hingga penurunan jumlah penumpang. Penurunan terjadi hingga di angka -15,23 persen. Lanjutnya, untuk laju PDRB sektor pertambangan masih berada di status positif, dilihat dari tahun 2015. Tak sebanding dengan laju pertumbuhan secara keseluruhan, di mana tahun 2016 terjadi penurunan, kemudian merangkak naik di 2017. Lalu di tahun 2018, ekonomi Berau kembali melemah. Meski demikian, beberapa sektor pertanian, hingga konstruksi mendongkrak laju pertumbuhan di tahun 2019 dengan angka positif. “Ada yang perlu kita ingat, perkembangan yang melambat ini bukan berarti bahwa ekonomi Berau menurun. Harus bisa dibedakan, jangan sampai kita bicara turun tanpa adanya data,” tegasnya. “Kalau memang turun bagaimana bisa? Buktinya sektor tambang saja meningkat. Jangan sampai malah membawa opini publik, apalagi masalah perekonomian sangat sensitif,” sambung Lita. Perkembangan ekonomi Berau di tahun 2020 tak terlepas dari banyaknya prediksi. Namun, dipastikan Lita, di tahun 2020 belum bisa diprediksi. Pasalnya, prediksi tersebut tak segampang dapat dikatakan akan mengalami kenaikan, melemah ataupun menurun. Semua tergantung dengan kondisi sepanjang tahun 2020 nanti. Misalkan, jika sewaktu-waktu adanya bencana alam, seperti kebakaran hutan, itu akan berpengaruh sekali pada ekonomi Berau. “Tentu kita mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang akan selalu dinamis,” ungkapnya. Pada Januari hingga Februari, prediksi menurun atau meningkat belum dapat terlihat. Data per bulan masih sulit untuk didapatkan, kecuali instansi, industri yang terkait dapat memberi data per bulan. Selain itu, turunnya perkembangan ekonomi Berau, tidak dapat ditandai dengan tolak ukur daya beli masyarakat yang berkurang. Karena daya beli bergantung pada uang yang beredar di masyarakat. Lita banyak menjumpai cerita tentang omzet beberapa usaha, terutama minimarket mengalami penurunan. Namun, kasus tersebut bukan berarti menjadi ukuran ekonomi turun. Semua ini hanya adanya persaingan usaha, dan pertumbuhan usaha-usaha baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: