Polemik RSHD Samarinda: Dilaporkan ke DPRD karena Dugaan Malapraktik hingga Tutup Pelayanan Medis

Polemik RSHD Samarinda: Dilaporkan ke DPRD karena Dugaan Malapraktik hingga Tutup Pelayanan Medis

Ria (tengah) saat melaporkan dugaan malapraktik oleh RSHD Samarinda ke DPRD Kota Samarinda, Kamis (8/5/2025).-Disway/ Mayang-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM- Rumah Sakit Haji Drajad (RSHD) Samarinda mengalami sederet permasalahan. Mulai dari polemik keterlambatan pembayaran gaji oleh manajemen RSHD kepada sejumlah karyawannya, hingga yang terbaru, dugaan malapraktik medis kepada seorang pasien perempuan.

Dugaan kasus malapraktik itu mencuat saat pasien bernama Ria Khairunnisa (35), yang mengaku menjadi korban, melaporkan pengalaman tidak menyenangkannya kepada DPRD Samarinda pada Kamis (8/5/2025) pagi.

Perwakilan tim hukum korban, Titus Tibayan Pakalla menjelaskan, bahwa dugaan malapraktik di RSHD Samarinda bermula pada Oktober 2024 lalu. Saat itu, korban Ria mendatangi RHSD dan mengeluhkan sakit yang dideritanya usai mengonsumsi dodol ketan.

"Awalnya klien kami mengalami sakit lambung setelah makan ketan. Ia sempat dibawa ke Klinik Islamic Center dan didiagnosa kambuhnya maag. Karena kondisi lemas, ia disarankan rawat inap," jelas Titus.

BACA JUGA: RS Pratama Kerang Kurang Diminati Tenaga Medis, DPRD Paser Desak Dinkes Tegas soal Penempatan

Setelah ditolak karena kamar penuh di RS Dirgahayu, dan mendapati RS SMC sedang tutup, Ria akhirnya dirawat di RSHD Samarinda. Namun, dalam proses perawatan di rumah sakit tersebut, menurut Titus, muncul sejumlah kejanggalan.

“Klien kami mengeluhkan muntah dan diare setelah mengonsumsi dodol itu. Selain itu, klien kami juga menjelaskan bahwasanya dia memiliki riwayat maag akut,” ucap Titus.

Sehingga, keluhan yang saat itu dialami memang biasa terjadi jika penyakit asam lambung tiba-tiba kambuh.

Namun hasil diagnosa perawat RSHD saat itu berkata lain. Ria yang selama ini tak memiliki riwayat penyakit usus buntu didiagnosa mengidap gejala penyakit itu.

BACA JUGA: Tenaga Kesehatan di Kaltim Belum Merata, Pemprov Akan Tingkatkan Jumlah Dokter Spesialis

Tak hanya sampai di situ, selama proses pemeriksaan berlangsung, korban meringis kesakitan. Sebab, tenaga medis yang memeriksanya cukup gegabah. Seperti, menekan area perut terlalu kuat hingga menambah penderitaannya.

“Padahal saat itu, perut klien kami dalam kondisi keras, keram, dan kejang akibat muntah serta diare terus-menerus sehingga jika ditekan dengan kuat akan terasa sakit di seluruh area perut,” ungkapnya.

Selama dua hari rawat inap sejak 17 Oktober 2024 di RSHD, korban berangsur-angsur merasa pulih dan memutuskan untuk pulang.

“Tetapi saat klien kami merasa sudah membaik dan bebas bergerak, perawat menyampaikan secara tiba-tiba pesan dari dokter bedah yang akan melakukan tindakan operasi usus buntu setelah diare klien kami berhenti,” kata Titus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: