Diler Minta Tinjau Ulang Tarif BBN-KB

Diler Minta Tinjau Ulang Tarif BBN-KB

GM Honda Nusantara Kaltim I Dewa Made Wirya Atmaja. (Khajjar Rohmah/Disway Kaltim) ==================   Samarinda, DiswayKaltim.com - General Manager Honda Nusantara Kaltim, I Dewa Made Wirya Atmaja, berharap kepada pemerintah daerah untuk meninjau ulang kebijakan tarif BBN-KB Kaltim sebesar 15 persen. Karena menurutnya, tarif tersebut berpengaruh pada penjualan mobil di Kaltim. "Saya punya analisis SWOT ya, dan tarif BBN-KB ini jadi salah satu threat buat kita. Karena marketnya kecil. Harusnya bisa lebih besar," kata Dewa, saat ditemui Disway Kaltim di Kantor Honda Nusantara Samarinda, Jumat (7/2). Bersama Ikatan Dealer Mobil Kaltim (IDMK), Dewa pernah berdiskusi masalah tarif BBN-KB dengan Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Balikpapan. Kemudian rencananya, dari hasil diskusi tersebut akan dilakukan hearing ke Gubernur atau DPRD Kaltim. "Ya usulannya untuk meninjau ulang, kebijakan tarif BBN-KB. Belajar dari pengalaman daerah lain yang melakukan hal sama," jelas Dewa. Ia mencontohkan, seperti di Kalimantan Tengah (Kalteng). Tarif BBN-KB Kalteng awalnya adalah 10 persen. Kemudian bersamaan dengan Kaltim, Kalteng menaikkan tarifnya menjadi 15 persen. Dampaknya, penjualan mobil menurun dan kendaraan dari luar daerah banyak yang masuk. Akhirnya Kalteng menurunkan tarif  kembali ke 10 persen. Penjualan meningkat sebesar 60 persen. Tetapi PAD yang diterima kecil. Kemudian Kalteng meninjau ulang dan menetapkan tarif BBN-KB Kalteng menjadi 12,5 persen hingga sekarang. "Kalau Kaltim, sebisa mungkin ya 10 persen. Cuma kalau titik tengahnya 12,5 persen, ya oke lah," sambungnya. Bahkan, isunya akan ada pemerataan tarif BBN-KB secara nasional. Hal tersebut didukung penuh oleh Dewa. Agar tidak ada lagi ketimpangan harga OTR kendaraan di Kaltim dengan daerah lain. Terutama Jawa. Karena selama ini, selisih harga antara Kaltim dengan Jawa memang cukup tinggi. "Tergantung tipe unit. Kalau CRV selisihnya bisa Rp 25 sampai Rp 30 juta," sebutnya. Apalagi, kata dia, saat ini banyak mobil dengan plat non KT masuk ke Kaltim. Ia mengatakan, memang banyak pengusaha yang membeli mobil di Jakarta untuk dijual lagi ke masyarakat Kaltim dengan harga yang lebih murah dari diler.  "Seharusnya ada kesadaran di masyarakat. Jangan sampai orang sini beli mobil di Jakarta. Karena untungnya ke Jakarta". Ia pun berharap pemerintah bisa melakukan penertiban terhadap kendaraan dengan plat non KT. Dewa menyebut, market share Honda masih belum signifikan di Kaltim. Dulu pernah mencapai 29 persen. Namun menurun hingga 5 persen karena tidak adanya diler resmi Honda di Kaltim. Baru pada 2017, diler resmi Honda berdiri di Balikpapan. "Tahun 2019 market share kita 23 persen. Tahun ini kita targetkan bisa mencapai 25 persen," imbuh Dewa. TAK SEBANDING DENGAN KONDISI JALAN Sementara itu, menurut Edi Mulyanto, Sales Supervisor Auto 2000 Samarinda, dengan harga OTR kendaraan di Kaltim yang mahal, konsumen akan mempertimbangkan untuk membeli kendaraan di daerah lain. Dengan harga OTR yang lebih murah. "Kalau perbandingan harganya jauh dengan Jakarta misalnya, mereka pasti akan lebih memilih membeli di sana," ujar Edi, saat ditemui Disway Kaltim, Rabu (5/2). Menurut Edi, rata-rata BBN-KB di Jawa hanya berkisar 10 persen. "Sempat Surabaya 15 persen juga. Cuma karena kendaraan plat B yang beroperasi di sana meningkat, akhirnya diturunkan," ujarnya. Edi pun membandingkan, selisih harga OTR Kaltim dengan Jakarta. Untuk Fortuner misalnya, bisa mencapai angka Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. Meskipun, jika ditambah ongkos pengiriman dan mengganti plat B ke KT, selisihnya tidak terlalu signifikan. "Ya tetap mahal sini," sebut Edi. Edi juga menyampaikan kemungkinan risiko yang terjadi saat proses pengiriman kendaraan dari luar daerah. Mobil biasanya riskan tergores dan lecet. "Misalnya terjadi hal yang tidak diinginkan. Kecebur laut misalnya, siapa yang tanggung jawab? Kan sudah diserahterimakan di sana”. Mempertimbangkan risiko tersebut, Edi menganjurkan lebih baik membeli mobil di Kaltim. "Kalau beli disini, rusak atau kecelakaan langsung kita ganti yang baru. Kita punya jaminan itu," tegasnya. Selain mobil baru, banyak juga terjadi pembelian mobil bekas dari luar daerah Kaltim. Hal itu disebut Edi justru lebih berisiko. Karena tidak ada kejelasan asal usul kendaraan dan keaslian dokumen. Seperti STNK dan BPKB. Terkait kebijakan tarif , Edi menyebut pihaknya hanya bisa patuh terhadap aturan. Karena tarif BBN-KB diperuntukkan untuk meningkatkan pendapatan daerah. Hanya yang ia soroti, pemerintah harus melakukan penertiban kendaraan dengan plat non KT. "Kalau diturunkan ya saya bersyukur. Kalau tidak, ya harus ada penertiban plat non KT. Kan mereka enggak bayar pajak disini. Tapi pakai jalan sini," tegurnya. Senada disampaikan Sales Head Nissan Datsun Sempaja Samarinda Edi Sumitro. Ia mengaku keberatan dengan tarif pajak kendaraan Kaltim sebesar 15 persen. Karena berdampak pada penjualan produk. "Kondisi sekarang saja sudah seret gini. Naik lagi pajak. Pasti akan berpengaruh sekali," keluhnya. Ia menyebut, idealnya tarif BBN-KB Kaltim sebesar 10 persen. Selain mengikuti tarif di Jawa, juga menyesuaikan dengan kondisi infrastruktur jalan di Kaltim yang masih belum optimal. "Buat apa bayar pajak mahal-mahal, tapi feedback-nya kurang maksimal. Jalan masih banyak rusak," kata Edi, Kamis (6/1). Edi juga memberikan perbandingan harga OTR Kaltim dengan Jakarta. Untuk produk Nissan Xtrail, harga OTR Kaltim tahun 2019 sebesar Rp 576 juta. Sementara OTR Jakarta sebesar Rp 542,5 juta. Jika konsumen membeli di Jakarta, kemudian dikirim ke Kaltim, akan menambah biaya pelanggaran wilayah dan ongkos kirim sebesar Rp 7 juta. Total menjadi Rp 549,6 juta. Masih selisih Rp 26,5 juta dengan harga OTR di Kaltim. Karena perbandingan harga yang cukup signifikan tersebut, Edi menyiasati, Nissan Samarinda memberikan tawaran harga OTR Jakarta. Dengan syarat konsumen memiliki KTP Jakarta. "Tapi harus e-KTP. Kita bisa kasih harga OTR dan diskon Jakarta," ungkapnya. Dari data market share penjualan mobil di Samarinda per Desember 2019, tercatat ada 400 unit mobil yang terjual. Tingkat penjualan tertinggi diraih Toyota sebesar 32,5 persen dengan angka penjualan 130 unit. Sementara Nissan menyumbang angka 1,75 persen dengan 7 unit penjualan. (lim/krv/dah) BERITA TERKAIT: Memburu Selisih Tarif  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: