Dahlan Iskan Imlek bersama Warga Balikpapan; Bahas Negara sampai Virus Corona

Dahlan Iskan Imlek bersama Warga Balikpapan; Bahas Negara sampai Virus Corona

Balikpapan, DiswayKaltim.com- Sudah menjadi kebiasaan Dahlan Iskan selalu silaturahmi dengan sesama pengusaha. Di manapun. Juga ketika beberapa hari di Kaltim. Selepas dari PLTU Embalut, Dahlan Iskan menemui sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Perkumpulan Tionghoa Balikpapan (PTB) di Restoran Dandito, Jalan Marsma R. Iswahyudi Balikpapan, Senin (27/1) kemarin. Berbagai hal dibahas dalam sesi bincang santai itu. Sembari menunggu makan siang dengan hidangan seafood khas restoran yang terkenal dengan menu kepitingnya itu. Mulai dari bahasan yang ringan, hingga persoalan dunia usaha yang cukup serius. Yang paling utama, sharing informasi mengenai tantangan dan peluang bisnis terkini. Dahlan Iskan dan isteri, Nafsiah Sabri, tiba di lokasi pukul 10.40 Wita. Beberapa pengusaha yang juga pengurus PTB menyambut hangat keduanya. Mereka antara lain Ketua Kehormatan PTB, yakni H M Bambang Setiawan, Tjan Hariyanto Chandra, Ruslan Aliansyah, Ketua Umum PTB Herry Thio, Sekretaris Umum PTB Irawan Chandra,  Humas PTB Chandra Gunawan . Hadir pula jajaran Pembina PTB, Halim Hasan, Tang Hendry Tatang dan Johnny Thomas, mewakili Charles, juga  pembina PTB. Selain itu, ada juga Suntoro Suciatmaja, praktisi fengsui dan face reading serta Zainal Abidin, pengusaha ekspedisi. Dahlan membuka pertemuan dengan mengomentari tubuh teman-temannya itu. "Ini badannya bagus-bagus semua ini," selorohnya, disambut tawa yang dikomentarinya itu. Dahlan sempat berkisah soal transplantasi hati. Kebetulan di antara yang hadir itu ada HM Bambang Setiawan (Aliong). Keduanya sama-sama pernah transplantasi. Bedanya Aliong transplantasi jantung. “Selang setahun setelah Pak Dahlan operasi ganti hati,” kata Aliong. Tidak lama berselang, Katua Kadin Balikpapan Yaser Arafat ikut bergabung. Dahlan kemudian menanyakan usaha yang digeluti masing-masing para pengurus PTB itu. Dijawab dengan memperkenalkan diri dan bidang usaha mereka masing-masing. Juga menyampaikan beberapa peluang dan kendala yang dihadapi. Yaser Arafat juga ditanya hal yang sama. "Kami, anak muda ini, cuma bergerak di bidang infrastruktur, Pak. Dulunya sempat coba beberapa bidang usaha, salah satunya sektor batu bara, tapi sepertinya belum cocok," papar Yaser. “Berarti, sudah punya gunung di Palu?” tanya Dahlan.  Yaser hanya menimpali dengan senyuman. Muncul juga pembahasan soal persaingan antara pengusaha dan BUMN. Terkait ini, Dahlan mulai berbicara serius. Menuangkan analisis serta pengalamannya sebagai pengusaha, juga pengalaman ketika menjadi menteri BUMN. Ia mengungkapkan satu hal pokok. Dalam bentuk pertanyaan. "Untuk apa negara didirikan?," katanya. "Kalau bukan untuk mensejahterakan rakyatnya. Lalu kenapa negara seakan berbisnis," tambahnya. Dahlan mengamati, BUMN serta anak usahanya berkembang sangat baik. Luar biasa. Namun, kata dia, kondisi itu seperti bersaing dengan rakyatnya sendiri; pelaku usaha. "Itu sebenarnya tidak baik," ujar pembina Disway Kaltim itu. Ia menyimpulkan, kalau komitmen negara didirikan untuk menyejahterakan rakyatnya, maka sebaiknya negara tidak perlu berbisnis. “Waktu saya di Kementerian BUMN, proyek yang anggarannya di bawah Rp 25 miliar, tidak boleh dikerjakan oleh BUMN,” terangnya. Lebih jauh ia mengatakan, berkembangnya BUMN saat ini, menghawatirkan para pengusaha. Karena kalau negara bersaing dengan rakyatnya di bidang usaha, yang kalah pasti rakyat. Pembicaraan itu kemudian mengarah pada rencana pemerintah menerbitkan UU omnibus law cipta lapangan kerja. Ketua Kadin yang memulainya. Mengulas tentang peluang terbukanya ruang investasi yang seluas-luasnya. Namun hal itu menyisakan kekhawatiran bagi pengusaha kecil di tingkat lokal. "Anda sudah berjuang sampai di mana?," tanya Dahlan Iskan, singkat. Yaser pun menceritakan upaya-upaya yang telah dilakukannya, dalam kapasitasnya sebagai ketua Kadin. Salah satunya berbicara kepada wali kota Balikpapan untuk memperhatikan dan lebih memprioritaskan pengusaha lokal. Makan siang nampaknya dimulai lebih awal dari lumrahnya. Pukul 11.10 Wita. Dalam suasana makan itu, Yaser menyinggung soal wabah virus corona. Jadilah topik itu pembicaraan sambil santap siang. "Kalau IKN bagaimana pengaruhnya untuk pengusaha?," tanya Dahlan memecah keheningan. Berbagai pendapat disampaikan oleh para pengusaha lokal itu. Mulai dari tumpang tindih kepemilikan lahan, pun dengan persoalan legalitas tanah, hingga jatah proyek bagi para pengusaha lokal. Dahlan Iskan tidak banyak merespons hal itu. Menyadari kehadiran Suntoro Suciatmaja, ahli fengsui dan face reading di tempat itu, ia justru mengalihkan. "Jadi Indonesia bagaimana tahun ini?," tanyanya pada Suntoro. "Indonesia dalam dua puluh tahun ke depan sangat bagus, Pak" jawab Suntoro. "Tapi kita butuh satu atau dua tahun ini?," timpal Dahlan Iskan lagi. "Bagus pak, udah confirm bagus," Suntoro menjawab. Kembali ditanyakan soal pengaruh IKN terhadap pengusaha lokal. Kali ini, Yaser Arafat yang kembali menjelaskannya panjang lebar. "Kalau secara isu, luar biasa responsnya pak, tapi kalau pengaruhnya untuk pengusaha lokal, belum terlihat," ucap Yaser. Dahlan menanyakan soal liburan Imlek kepada para pengurus PTB itu. "Ini liburan kemana?," tanyanya. Belum ya ? Belum berani keluar ya? Tapi kalau bisa janganlah. Katanya. Hal itu terkait dengan wabah virus corona yang tengah marak di Tiongkok. JIWASRAYA Lalu bahasan perbincangan mengarah pada isu-isu nasional yang sedang ramai diberitakan. Jiwasraya salah satunya.  Dimulai dari pertanyaan terkait permasalahan di tubuh Jiwasraya. Dahlan Iskan yang sudah pernah mengulas persoalan itu dalam catatan hariannya, kembali menyampaikan analisis serta pengetahuannya. Panjang lebar ia menjelaskan mengenai struktur permasalahan yang menimpa perusahaan asuransi milik negara itu. Lalu, juga ada pertanyaan soal kebijakan menteri keuangan, Sri Mulyani, yang dinilainya lebih banyak fokus pada kebijakan fiskal. Dahlan Iskan menanggapinya simple. "Dia (Menkeu) lebih pintar lah," ujarnya. Kata Dahlan, Sri Mulyani memang harus keras. Karena kalau tidak, Dahlan menilai bisa saja APBN akan jebol. "Misalnya defisitnya lebih dari 6 persen?," ujarnya. Cukup panjang membahas mengenai Menteri Keuangan ini, mulai suku bunga, pajak, kebijakan moneter hingga fiskal dan bahasan lainnya. Dahlan Iskan mengakui, terkait kebijakan Menteri Keuangan, tidak sepenuhnya mendukung. "Saya 50-50," katanya terkait itu.  Ia mengaku tidak mendukung tapi tidak juga menolak. (das/eny/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: