Ambangan; Lawang Pehalatan, Cara Seniman Satukan Narasi Kebudayaan Gotong Royong di Gang Bakti Samarinda

Ambangan; Lawang Pehelatan, Cara Seniman Satukan Narasi Kebudayaan Gotong Royong di Gang Bakti Samarinda-Istimewa / dokumentasi by Delly-
Ia menemukan suatu konsep ruang yang jauh dari kata ideal, namun menciptakan kebersamaan dan solidaritas kehidupan yang luhung dari masyarakat Gang Bhakti.
Warga punya solidaritas yang cukup dalam. Misalnya, Reihan salah satu warga yang membagikan pengalaman kebersamaannya dengan masyarakat melalui kondisi hidup di kawasan tersebut.
"Saya menemukan penjual kue yang tidak bayar sewa kios, lantaran pemilik tempatnya menolak dibayar karena tetangga dekat," kata Hasbi yang terkesan mendengar langsung kisah warga itu.
Oleh karenanya penjual kue itu pun memberikan kue-kue yang dijualnya saat pemilik tempat mengadakan acara.
Menurut Hasbi, itu bagian bentuk ekosistem yang saling menyokong tanpa melihat nominal uang.
BACA JUGA : Wamendagri Bocorkan 9 Nama Unik yang Terdaftar di Dukcapil, Nomor 4 Paling Unik
"Ruang pengetahuan, berbagi rezeki, dan saling melengkapi kekurangan itu berkembang dan membentuk peradaban di kawasan tersebut. Dari pengalaman itu saya melihat gestur saling mengasihi," ungkapnya saat diwawancarai langsung oleh wartawan Nomorsatukaltim.
Walhasil, ia menemukan budaya gotong royong melalui pengamatannya atas pintu penghubung atau disebut Lawang Pehalatan yang digunakan warga saat ada acara.
"Konsep penghubung ini yang membawa saya ingin melihat konteks ekosistem karakter warga di Gang Bakti dan Gang Mesjid yang mutualis. Bagaimana kultur gotong royong, kolektivitas itu menjadi penghubung relasi antar warga," pungkasnya.
BACA JUGA : OIKN Bantu Bangun Jaringan Distribusi Air Bersih di Penajam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: