Ambangan; Lawang Pehalatan, Cara Seniman Satukan Narasi Kebudayaan Gotong Royong di Gang Bakti Samarinda

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Lorong-lorong sempit dan pemukiman padat sering dianggap tidak ideal dalam tata kota, seperti yang terjadi di pemukiman Sungai Karang Mumus.

Atas dasar itu, Hasbi Yahya seorang seniman asal Samarinda menghadirkan karya "Ambangan; Lawang Pehalatan" dalam kegiatan lokakarya yang digelar oleh Muara/Org dan Operations for Habitat Studies.

Karyanya merupakan narasi keterhubungan di komunitas Gang Bhakti-Mesjid. Berangkat dari penilaiannya atas pemerintah yang kerap mengkiritisi kawasan tersebut untuk menciptakan tata kota yang modern.

Namun mengabaikan kebudayaan yang tumbuh bertahun-tahun di ruang-ruang sempit tersebut.

BACA JUGA : OIKN Mulai Bebaskan Lahan untuk Pembangunan Tol IKN - Bandara SAMS Segmen 1A

"Masyarakat mengalami situasi ekonomi yang mencekik, tapi ada stigma pemerintah bahwa kawasan ini dulunya area peredaran narkoba yang cukup parah," tutur Hasbi menirukan kisah warga di Gang Bhakti, Jalan Lambung Mangkurat, pada Selasa (28/01/2025).

Bagi Hasbi, untuk membangun kota dan memajukan infrastuktur, pemerintah harus hadir sejajar dengan masyarakat.

Agar mampu memahami apa saja yang ada pada warga, dari budaya atau teknologinya.

 

Hasbi Yahya seniman Ilustrasi asal Samarinda dalam kegiatan lokakarya Ambangan yang digelar oleh Muara/Org dan Operations for Habitat Studies di Gang Bhakti Jalan Lambung Mangkurat-Istimewa / dokumentasi by Delly-

 

"Kecenderungan masyarakat ‘berevolusi’ untuk menyesuaikan dengan pembangunan yang entah ideal atau tidak, mestinya bisa menjadi sebuah potensi yang dibaca oleh pemerintah dalam membangun wilayah," jelasnya.

BACA JUGA : Kenapa Barongsai Selalu Ada saat Imlek? Ini Sejarah Melegenda di Baliknya

Saat massa eksplorasi dan pertemuan dari pintu ke pintu, Hasbi mendapat sambutan hangat dan penuh kasih.

Sumber: