XR Bunga Terung: Tidak Ada Program Calon Kepala Daerah Yang Peduli Perubahan Iklim
XR Bunga Terung aksi di depan Kantor Gubernur Kaltim, Jumat (22/11/2024).-istimewa-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Tak ada calon kepala daerah yang peduli dengan persoalan lingkungan. Demikian pernyataan sikap XR Bunga Terung, organisasi yang concern di bidang lingkungan dan perubahan iklim.
Menurut Windasari, anggota XR Bunga Terung, para calon kepala daerah lebih memilih mengobral janji populis untuk mendulang suara dari pemilih.
Janji populis yang dimaksud misalnya membenahi infrastruktur, memberikan bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, lapangan kerja dan lainnya.
Sementara persoalan lingkungan dan krisis iklim justru dianaktirikan. Malah tidak ada gagasan yang jelas untuk menyikapinya.
BACA JUGA:Dinkes Samarinda Minta Masyarakat Peduli Pencegahan Kanker Sejak Dini
BACA JUGA:Isuzu Traga Kendaraan Tangguh Terjang Banjir di Kota Tepian
“Para calon kepala daerah lebih mengandalkan kebijakan pemerintah nasional serta sumber daya finansial dari bantuan luar negeri,” tuturnya, Jumat 22 November 2024.
Para anggota XR Bunga Terung pun menyampaikan protes mereka di depan kantor gubernur Kaltim, Jumat 22 November 2024.
Mereka mengenakan alat perlindungan diri (APD) lengkap dengan hazmat. Ada pula yang membawa kano. Winda pun menjelaskan maknanya.
Peserta aksi yang membawa kano merupakan bentuk metafora banjir yang sering terjadi gara-gara perubahan iklim.
“Sementara APD atau hazmat adalah bentuk kami survive dari kerusakan-kerusakan alam yang mengakibatkan krisis iklim.”
Momen aksi yang dilakukan XR Bunga Terung pada hari ini pun bukan tanpa alasan. Ya, hari ini merupakan hari akhir diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) internasional perubahan iklim dunia, atau Conference of Parties (COP) UNFCCC ke-29 yang digelar di Baku, Azerbaijan 11- 22 November 2024.
BACA JUGA:Tak Hanya Dongkrak PAD, Teras Samarinda Juga Jadi Venue Acara Bergengsi Tahunan
Atau disebut dengan COP 29. Di sisi lain, malam ini juga merupakan debat publik terakhir cagub dan cawagub Kaltim di Jakarta. Menurut Winda, mulai dari debat publik pertama dan kedua, tidak ada kandidat cagub yang serius menyikapi persoalan lingkungan.
Walau Kaltim menjadi pionir penerima dana karbon, namun tidak secara nyata menjawab akar masalah krisis iklim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: