Jejak Langkah Iwan “Seret”

Jejak Langkah Iwan “Seret”

Aksi Iwan “Seret” viral di media sosial. Utamanya di Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Terekam kamera Iwan menenteng parang panjang memasuki rumah sasaran pencurian. Untung saja penghuni rumah terlelap, sehingga tak terjadi peristiwa memilukan. Siapa sebetulnya Iwan Seret ini? Disway Kaltim berhasil mewawancarai Iwan di balik jeruji besi.     KEJAHATAN yang dilakukan Budi Santoso Wijaya alias Iwan “Seret” menjadi viral di sosial media (media). Aksinya membobol rumah warga di Jalan Lais, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) membuatnya terlihat bengis. Apalagi ketika itu Iwan terlihat menenteng sebuah golok panjang. Warga-pun akhirnya khawatir akan ulahnya. Sehingga petugas kepolisian langsung bergerak cepat menangkap Iwan. Buktinya pada 7 Januari 2020 lalu, Iwan berhasil ditangkap bersama rekannya Amat Tato. Iwan ditangkap di Jalan Sultan Alimuddin, sedangkan Amat di Jalan Agus Salim, Samarinda. Disway Kaltim langsung mencoba mencari tahu siapa sih sebenarnya Iwan “Seret”. Ditemui di Mapolres Kukar, Sabtu (11/1/2020) malam, Iwan ternyata tinggal di Perumahan Karpotek Blok KK belakang Kantor Pos, Kecamatan Sungai Kunjang. Disana Iwan mengontrak selama 4 tahun. Nama Iwan “Seret” ia peroleh saat berada di dalam Rumah Tahanan (Rutan) Sempaja, Samarinda pada awal Januari 2019. Ketika itu ia terlibat kasus pencurian handphone di Sungai Pinang, Kecamatan Samarinda Utara. Ia divonis selama 10 bulan dan baru bebas 25 Desember 2019. “Nama asli saya Budi, tapi di dalam rutan saya dipanggil Iwan. Aslinya saya tinggal di Kediri, Jawa Timur. Tapi KTP saya Samarinda,” ungkap Iwan. Pria berusia 51 tahun ini sudah empat kali menikah. Sekarang ia memiliki 7 anak dan satu cucu. Anak-anak itu merupakan hasil perkawinan dari istri pertama, ketiga dan ke empat. Ia juga mengaku kalau dirinya lahir dari keluarga miskin di Provinsi Gorontalo. “Karena keluarga saya tidak mampu, makanya saya pingin jadi orang berada. Tapi saya malah salah jalur. Karena saya tidak dapat pendidikan sama sekali. Saya hanya lulusan kelas 3 SD di Gorontalo,” kata Iwan. Bapaknya asli orang Gorontalo, sedangkan ibunya Jawa. Tapi sejak dilahirkan, Iwan mengaku tidak pernah melihat sosok ibunya. “Ibu saya meninggal saat sejak saya masih kecil. Sekarang hanya bapak saja yang hidup di Gorontalo dan terakhir ketemu tahun 1999. Disana bapak tinggal dengan kakak dan adik. Hanya saya yang merantau,” akunya. Datang ke Kaltim dari Gorontalo Iwan lakukan pada 2017 akhir. Saat itu ia tinggal di Balikpapan dan bekerja sebagai sopir angkutan kota (angkot) tujuan Terminal Batu Ampar – Pasar Kebun Sayur. “Angkotnya warna biru putih. Biar kondisi kaki saya begini, saya bisa bawa mobil,” ujar Iwan. Kakinya yang tidak normal ini akibat kecelakaan di Kediri tahun 2004. Ia ditabrak sebuah mobil. Bahkan 4 bulan setelah kecelakaan, kaki kanannya itu tertimpa rebahan kayu lagi. Sejak itu ia susah jalan dan kakinya tidak bisa ditekuk. “Mau lihat kah mas? Sudah hancur kaki saya ini,” tambah Iwan menawarkan sambil memegang kakinya. Selain membawa mobil. Iwan mengungkapkan kalau ia ahli menjahit. Keterampilan ini ia peroleh sejak kursus pada tahun 1996. “Saya pernah kursus di Jayapura, di Sulawesi Barat dan tempat lain lagi. Selanjutnya saya belajar otodidak,” ujarnya. Berkat keahliannya itu, ia bisa membuat berbagai jenis pakaian. Baik pria maupun wanita. “Saya bisa buat baju muslim, jas, baju pesta hingga gaun pengantin. Itu keahlian saya sebelum saya dewasa. Karena dulu niatnya mau buka usaha, tapi tidak sampai,” tutur Iwan. Bahkan selama berada di Rutan Samarinda, ia juga menjadi guru jahit bagi 34 tahanan wanita. Sehingga saat dirinya bebas, Kepala Rutan merasa kehilangan. “Selama di rutan saya banyak dapat orderan. Saya pernah jahitkan punya orang kejaksaan sampai kanwil. Jadi rencananya nanti kalau pindah ke Lapas Tenggarong, saya mau menjahit lagi,” katanya. Itulah tujuan sebenarnya ia melakukan pencurian ini. Iwan ingin mengumpulkan modal untuk membeli mesin jahit. “Tujuan saya cuma mau cari uang. Jujur saja, tiga bulan mau bebas saya sudah ikhtiar. Saya mau cari uang untuk beli mesin jahit dan pulang ke kampung. Saya sudah gantung sepatu (berhenti mencuri). Tidak ada gunanya begini, apalagi kaki saya sudah hancur,” terangnya. Kondisi kakinya tersebutlah yang membuatnya bingung untuk mencari kerja. Ia hanya ingin mencari modal menjahit dan bertemu istri anaknya di Kediri. “Penyesalan ini muncul sendiri sewaktu di rutan. Kalau beli mesin ini disini (Samarinda,Red.) saya bisa bawa ke Jawa,” ujar Iwan. Ketika bebas dari penjara, Iwan sempat mampir ke Galunggung, Citra Niaga Samarinda. Disana dia mengecek harga mesin jahit bekas. Ada tiga jenis yang diincarkan. Harganya Rp 9 juta. “Makanya saya sempat ngomong ke istri kalau saya mau buka usaha menjahit di Jawa sambil urus anak. Saya juga ngomong ke istri mau cari modal dengan cara mencuri,” bebernya. Namun pencurian itu tidak dilakukannya di Samarinda, melainkan Tenggarong. Ia tidak ingin kembali masuk ke dalam rutan. “Itu sudah saya niatkan ketika mau bebas. Saya mau cari modal untuk beli mesin jahit sebanyak Rp 20 juta. Tapi saya tidak mau main di Samarinda, tapi di Tenggarong saja,” ucap Iwan. Akhirnya pencurian itupun terjadi. Iwan bersama Amat beraksi di Tenggarong pada 27 Desember 2019. Mereka berangkat dari Samarinda menuju Tenggarong sekitar pukul 23.00 Wita menggunakan sepeda motor matic sewaan. Sampai di Tenggarong pukul 24.00 Wita mereka mampir makan di turapan dekat Jembatan Repo-repo Pulau Kumala. Tepat pukul 1 dini hari barulah mereka beraksi. Menggunakan sepeda motor, mereka berkeliling Tenggarong mencari rumah yang disasar. “Amat yang bawa motor, karena dia yang hafal jalan. Awalnya kami ketemu rumah lain di dekat lorong-lorong. Tapi karena bangunannya mepet dengan bangunan lain, akhirnya kami cari lagi,” ujarnya. Keduanya lalu tertuju ke rumah di Jalan Lais Tenggarong. Ia melihat rumah itu jauh dari rumah lainnya. Bahkan ada tanah kosong di sampingnya. “Saya tertarik karena rumah itu mewah. Saya senterin dari luar kondisinya kosong. Ternyata ada yang tidur di kamar depan,” katanya. Ia sama sekali tidak tahu kalau rumah itu dipenuhi kamera CCTV. Namun ia sempat melihat satu kamera di depan rumah dan ia tekukkan ke atas. “Saya kira yang ada di atas mobil itu alarm. Ternyata CCTV yang memutar. Tapi kalau di dalam rumah saya saya sekali tidak tahu ada CCTV. Hanya ada lampu yang menyala di dapur dan satu ditengah ruangan,” jelasnya. Ia masuk ke dalam rumah pukul 02.30 Wita lewat jendela belakang. Awalnya Iwan mengira itu kamar pembantu, ternyata gudang. “Rumah ini merupakan rumah yang paling lama saya bobol. Mungkin dalam sejarah saya mencuri, rumah ini yang paling kuat. Teralisnya kuat, hanya terbuka sedikit saja ketika di congkel menggunakan obeng. Tapi saya tidak mundur karena saya yakin ada uang di dalam rumah ini,” ungkapnya. Ia masuk melewati teralis itu dengan tiarap. Ia juga mengakui kalau rumah ini susah ditembus. Tapi karena durasinya panjang dan pemilik rumah tidurnya jauh di depan, akhirnya tidak ketahuan. “Biasanya satu rumah prosesnya 10 sampai 15 menit saja. Tapi ini dua jam,” aku Iwan. Tapi jujur saja. Ketika berada di dalam, Iwan sama sekali tidak menemukan uang sepeserpun. “Saya periksa lemari-lemari, tidak ada sama sekali yang bisa di ambil. Jangankan uang seribu, bayangan 5 rupiah saja tidak ada saya lihat. Saya sudah keliling-keliling di dalam dan masuk ke kamar yang terbuka itu saja,” katanya. Karena tak ada barang yang bisa dibawa, akhirnya Iwan membawa 6 pasang sepatu beserta satu unit sepeda motor Honda Scoopy yang terparkir. Kuncinya ia temukan tergantung di dinding, lengkap dengan dompet berisikan STNK. “Saya sudah pusing dan keringatan di dalam rumah. Saya juga sempat minum dari air dalam kulkas. Yang biasanya kalau maling itu cukup sekali masuk kamar, ini saya sampai lima enam kali. Karena saya bingung mau ambil apa. Akhirnya sepatu dan sepeda motor,” tuturnya. Biasanya ia memang mengincar barang-barang elektronik yang mudah dibawa, seperti handphone, laptop dan jam tangan. Sementara televisi dan yang besar-besar tidak pernah. “Jadi hanya sepatu dan sepeda motor saja. Kenapa saya ambil motor juga? Itu karena motor yang kami gunakan itu sewaan. Jadi kita ambil buat kerja,” jelasnya. “Bukan dijual, karena saya tidak tahu soal motor. Makanya saya hanya ganti plat nomornya saja,” tambahnya. Mengenai golok yang ditentengnya adalah milik yang punya rumah. Ia peroleh saat berada di dapur. “Itu golok pemilik rumah. Saya gunakan untuk nakut-nakutin. Amat saja kaget saya keluar bawa golok. Karena dia tunggu di luar rumah saja,” ujar Iwan. Gagal mendapat uang, Iwan lalu keluar lewat pintu depan. Iwan juga heran dengan rumah itu. Karena mulai belakang, kiri kanan sangat ketat. Tapi ternyata lemah pada bagian depan. “Tinggal di dorong saja terbuka. Nggak perlu di tendang. Kuncinya hanya dipasangkan gerendel kecil saja. Itu juga tidak dipasang semua. Setelah itu kami pulang ke Samarinda dan Amat sempat mengeluh,” urainya. Setelah beraksi di Tenggarong. Empat hari kemudian Iwan berangkat ke Balikpapan menggunakan bus. Tiba di terminal, Iwan naik ojek ke daerah lokalisasi dekat Mangar Sari. “Saya sampai malam di lokalisasi itu saja. Setelah itu saya jalan-jalan cari sasaran dan menemukan bangsalan. Ada orangnya di dalam, tapi jendelanya tidak dikunci. Saya masuk dari situ dan berhasil bawa Yamaha Nmax sama laptop,” katanya. Targetnya mengumpulkan uang sebenarnya hanya sampai 29 Desember. Iwan berencana mau tahun baruan bersama istri dan anaknya di Jawa. Tapi karena saat beraksi di Tenggarong dan Balikpapan belum mendapatkan hasil besar. Iwan berencana pulang 15 Januari nanti. “Meskipun tidak terkumpul Rp 20 juta, dapat atau tidak saya harus balik. Karena istri saya sudah meminta pulang tanggal 15. Cuma saya pikir, kalau kesana harus bawa uang. Apalagi pulangnya naik pesawat,” akunya. Sebenarnya uang Rp 20 juta itu bisa ia dapatkan dengan meminjam orang berduit atau pejabat yang dikenalnya. Tapi karena gengsi dan harga diri, Iwan ingin mencari dari hasil jerih payahnya sendiri. “Akhirnya saya cari dari kerja sendiri (mencuri),” akunya. ***** Tidak Ada Niat Menyakiti Tidak ada niat untuk menyakiti pemilik rumah. Itu juga disampaikan Iwan “Seret” kepada Disway Kaltim. Ia mengaku sudah memikirkan matang-matang soal itu. “Saya tidak bakalan membacok pemilik rumah. Karena saya tahu yang namanya maling terus membacok itu tidak gampang hukumannya. Itu sudah saya pikirkan. Mending saya ditangkap saja, daripada saya bacok orangnya. Itu tidak akan terjadi,” katanya. Golok itu ia pegang untuk menakut-nakuti saja. Jikalau ada pemilik rumahnya dan melihatnya membawa golok. Pasti ketakutan dan masuk kamar. “Saya sudah tahu risikonya. Sudah beda hukumannya, apalagi sampai membunuh. Malam itu saya hanya berpikir mencari rumah yang ada handphone-nya. Tidak ada kepikiran harus dapat sampai puluhan juta,” ungkapnya, lagi. Selama ini, Iwan mengaku tidak pernah menyakiti orang lain. Musuh-pun ia tak punya. “Saya sendiri juga heran dengan video saya ini. Padahal menurut saya kasus ini tidak ada apa-apanya dengan kasus teman-teman yang lain. Tapi memang hebohnya karena saya bawa golok. Sampai pak Kapolda dan pak Kapolres tahu,” terangnya. Polisi juga mengatakan kepadanya kalau videonya itu viral dan membuat masyarakat susah tidur. Karena masyarakat khawatir akan terjadi lagi. “Memang masuk akal dan secara logika kalau ketahuan bisa ditebas. Tapi saya pribadi tidak akan pernah melakukan itu. Mending ditangkap dan dibawa ke kantor polisi,” jelasnya. “Tidak ada niat sama sekali. Kalaupun ada niat, saya pasti bawa parang dari rumah. Makanya setiap beraksi saya cari pisau atau parang dulu. Karena kalau ketahuan bisa nakut-nakuti saja. Masa sudah dimalingi, mau dibunuh orangnya. Nggak tahu kalau orang lain pelakunya,” cetus Iwan. Jangankan orang lain. Sampai detik ini Iwan juga masih tidak habis pikir dengan videonya. Ia juga mengaku seram melihat videonya sendiri. “Saya yang melakukan sendiri saja melihatnya seram. Saya pake ikat kepala sambil membawa golok. Banyak yang mengira saya gondrong, padahal itu pakaian yang diikat. Saya lakukan itu untuk menakuti saja. Saya pastikan 1.000 persen tidak akan terjadi pembacokan,” ungkap Iwan, lagi. Orang pasti menilai dirinya sebagai pemain kelas kakap. Tapi aku Iwan itu tidak seperti yang dibayangkan. Meskipun ia mengaku sudah tidak terhitung bolak-balik diamankan polisi. Tapi hanya dua kali dipenjara. “Teman di dalam penjara juga pada tanya ke saya apakah saya pemain? Terus saya jawab iya, tapi yang kecil-kecil,” ujar pria yang benci narkoba ini. ***** Baru Ketemu Anak Bebas pada 25 Desember 2019 pukul 10.30 Wita, Iwan “Seret” langsung mendatangi anak pertama dari istri ketiganya yang ada di Makassar. Ia bernama Ical, berusia 22 tahun. “Saya terpisah dengan anak saya ini sejak usianya 5 tahun dan sekarang sudah 22 tahun. Ia mencari saya mulai di Manado, Palu sampai akhirnya dia dapat kabar saya disini (Samarinda, Red.),” kata Iwan. Saat bebas di penjara. Iwan mendapat uang pemberian dari Ka Rutan dan teman-temannya sebanyak Rp 1,3 juta. Uang itu ia pergunakan untuk menjemput anaknya di Balikpapan. “Saya naik rental. Terus saya jemput anak saya untuk dibawa ke Samarinda. Jadi saat saya ketangkap ini, dia baru datang di Samarinda,” jelasnya. Selama di Samarinda, Ical membantunya mencari nafkah dengan mengamen. Gitar kecil yang digunakan itu dibelikan Iwan di Balikpapan seharga Rp 80 ribu. Dari hasil ngamen, Ical pernah membawa uang Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Meski tidak ada keluarga di Kaltim, Iwan berpesan kepada anaknya agar kuat menjalani hidup.“Saya pesankan ke dia kalau disini (Kaltim, Red.) tidak akan menderita. Orang sepertinya banyak. Tinggal bergaul dengan teman-teman di pinggiran. Setelah saya dipenjara, sekarang dia di Balikpapan datangin temannya,” tuturnya. Makanya Iwan berniat bertobat. Karena ini masanya ia untuk berhenti. Niat ini bahkan muncul sebelum ketemu dengan Ical. “Dengan masuk kantor polisi beberapa kali, dan meninggalkan istri saya selama 10 tahun. Saya berpikir pekerjaan ini tidak ada gunanya,” ungkapnya. “Saya berani janji kalau saya bebas nanti saya tidak akan bermain lagi. Kalau sampai saya bermain lagi, saya siap cabut nyawa saya,” tegasnya. (*) Pewarta : Bayu Surya Editor : Devi Alamsyah      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: