Atlet PON Kaltim Uji Fisik, Syarat Menuju TC Desentralisasi
Kabid Bina Prestasi KONI Kaltim, Alfons T. Lung. (Tebe/ Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - KONI Kaltim terus berpacu dengan waktu untuk menjalankan seluruh rangkaian pelatihan cabang olahraga yang akan bermain di PON XX Papua 2020 mendatang. Saat ini, KONI Kaltim melakukan tes fisik pada 319 atlet dari 33 cabang olahraga yang sedianya dikirim ke Papua Oktober nanti. Uji fisik yang dipantau langsung oleh tim konsultan ini, menjadi syarat untuk atlet menuju Training Center (TC) desentralisasi mandiri. Hingga Rabu (15/1/2020) tercatat 16 cabor sudah melakukan tahapan uji fisik. Cabor tersebut yakni anggar, pencak silat, wushu, judo, taekwondo, tinju, karate, PABSI (angkat berat dan angkat besi), muaythai, panahan, panjat tebing, atletik, bulu tangkis, selam, sepak takraw, dan aerosport. Sementara gulat, kempo, menembak, dayung, sepatu roda, biliar, catur, dan PABSI (binaraga) akan dilangsungkan hari Kamis 16 Januari 2020 dari pukul 07.00 Wita di Stadion Sempaja, Samarinda. "Uji fisik ini menjadi syarat bagi atlet untuk masuk ke tahap selanjutnya yakni TC desentralisasi. Teknisnya tim konsultan akan mengorelasikan uji fisik dengan cabor masing-masing. Setelah itu, baru akan dievaluasi," kata Kabid Bina Prestasi KONI Kaltim, Alfons T. Lung, Rabu (15/1/2020). Uji fisik ini bersifat wajib bagi semua atlet yang akan berlaga di PON. Termasuk jika dalam perjalanannya nanti terdapat cabor yang melakukan bongkar pasang atlet, terutama cabor beregu, tetap harus melalui tahapan uji fisik sebelum masuk ke TC desentralisasi. "Bongkar pasang atlet itu jarang terjadi, walau tak menutup kemungkinan terjadi. Jika memang ada bongkar pasang, atlet pengganti tetap harus mengikuti uji fisik terpisah. Tahapannya memang seperti itu," lanjut Alfons. Jika dalam penilaian uji fisik ini terdapat atlet yang dibawah standar, tak serta merta akan digantikan dengan atlet lain. Dalam situasi ini, tim konsultan akan berkomunikasi dengan cabor terkait. "Kalau ada yang tidak lulus uji fisik, nanti konsultan akan memanggil cabornya. Akan dibicarakan dimana salahnya, kenapa bisa seperti itu, lalu akan ditentukan apakah atlet bersangkutan diberi kesempatan meningkatkan fisiknya atau diganti," sambungnya. Untuk uji doping dan narkotika sendiri, masih akan disinkronkan dengan tahapan pelatihan. Tapi idealnya, sebelum PON akan digelar sekali lagi setelah uji tersebut diadakan sebelum helatan Pra-PON lalu. "Masih dicarikan waktu yang tepat untuk tes doping dan narkotika. Yang jelas kami berupaya agar atlet yang dikirim ke Papua benar-benar siap secara fisik dan mental," tutup Alfons. Tahapan pelatihan untuk cabor sendiri akan memasuki TC desentralisasi yang dilanjutkan dengan TC sentralisasi yang akan dilangsungkan 6 bulan sebelum PON. Tapi waktu TC sentralisasi bisa saja dilangsungkan lebih cepat jika ingin hasil yang lebih baik. (ava/fdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: