Sindrom Kematian Mendadak, Apa itu?

Sindrom Kematian Mendadak, Apa itu?

ilustrasi sakit jantung-istimewa-

NOMORSATUKALTIM - Aktris senior Marissa Haque yang meninggal dunia pada Rabu (2/10/2024), pukul 00:50 WIB oleh kaluarga dianggap mendadak.  Pasalnya, istri dari penyanyi Ikang Fawzi itu, disebut tidak memiliki riwayat penyakit apa pun.

Atas kondisi tersebut, Marissa Haque diduga mengalami sindrom kematian mendadak atau Sudden Death Syndrom (SDS).

Dinukil dari laman Healthline, SDS adalah istilah umum yang didefinisikan secara longgar untuk serangkaian sindrom jantung yang menyebabkan henti jantung mendadak dan kemungkinan kematian.

Beberapa dari sindrom ini merupakan hasil dari masalah struktural pada jantung. Ada juga penyebab lainnya, yakni ketidakteraturan dalam saluran listrik jantung.

BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh, Kekurangan Energi Punya Dampak Buruk Bagi Keseharian Kita

Semua dapat menyebabkan jantung berhenti mendadak. Bahkan pada orang yang sehat sekalipun. Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa mereka menderita sindrom ini sampai terjadi serangan jantung.

Konsultan senior di Departemen Kardiologi di Pusat Jantung Universitas Nasional Singapura (NUHCS), Professor Tan Huay Cheem menyebutkan, penyebab kematian mendadak bisa jadi terkait dengan masalah kardiovaskular.

Menurut tinjauan komprehensif tahun 2022, masalah kardiovaskular menyumbang hingga 73 persen kematian mendadak.

Penyebab ini dibandingkan dengan kondisi lain seperti asma, epilepsi, dan pendarahan intraserebral.

BACA JUGA: Buktikan Khasiat Konsumsi Jahe Campur Kunyit untuk Kesehatan

“Bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun, masalah kardiovaskular yang biasa terjadi adalah serangan jantung, miokarditis (peradangan otot jantung), strok dan diseksi aorta, yaitu robekan pada lapisan dalam pembuluh darah besar atau aorta," kata Prof Tan Huay Cheem, dikutip dari CNA.

Banyak kasus SDS yang tidak terdiagnosis dengan baik. Ketika seseorang dengan SDS meninggal, kematiannya mungkin terdaftar sebagai penyebab alami atau serangan jantung.

Karena SDS sering salah didiagnosis atau tidak terdiagnosis sama sekali, maka tidak jelas berapa banyak orang yang mengalaminya.

Apa Gejalanya?

Tanda pertama SDS sering kali berupa kematian mendadak dan tak terduga. Namun, SDS dapat menyebabkan beberapa gejala peringatan, seperti nyeri dada saat berolahraga, kehilangan kesadaran, kesulitan bernapas, pusing, jantung berdebar, atau pingsan yang tidak dapat dijelaskan, terutama saat berolahraga.

BACA JUGA: Makan Tengah Malam Ternyata Mengandung Risiko Penyakit

Siapa yang Berisiko?

Para peneliti telah menemukan gen tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk beberapa jenis SDS.

Jika seseorang memiliki sindrom kematian mendadak pada orang dewasa (SDS), misalnya, lebih dari 20 persen kerabat tingkat pertama mereka (saudara kandung, orang tua, dan anak-anak) kemungkinan besar juga memiliki sindrom tersebut.

Selain faktor risiko ini, kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko SDS, seperti gangguan bipolar. Lithium terkadang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar, obat ini dapat memicu gangguan irama jantung.

Kemudian, penyakit jantung, epilepsi, aritmia, dan kardiomiopati hipertrofik juga berisiko menyebabkan kematian mendadak pada seseorang.

BACA JUGA: Studi: 3 Cangkir Kopi Setiap Hari Tingkatkan Kesehatan Jantung

Apakah SDS bisa Dicegah?

Langkah penting dalam mencegah episode fatal SDS adalah diagnosis dini. Jika ada riwayat SDS dalam keluarga, dokter dapat menentukan apakah pasien memiliki sindrom yang berisiko menyebabkan kematian mendadak.

Jika iya, maka langkah-langkah pencegahan dapat diambil, seperti menghindari obat-obatan pemicu gejala, termasuk antidepresan dan obat penghambat natrium.

Kemudian, menjaga kesehatan jantung melalui pola makan yang seimbang, berolahraga dengan hati-hati, segera mengobati demam, dan melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter atau spesialis jantung. (ant)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: