Melalui Bimbingan Belajar, Sekelompok Perempuan ini Berupaya Mencegah Pernikahan Dini di Mahulu

Melalui Bimbingan Belajar, Sekelompok Perempuan ini Berupaya Mencegah Pernikahan Dini di Mahulu

Anastasia Hiyang saat memberikan bimbingan belajar untuk siswa SD di Mahulu.-(Ist./Nomorsatukaltim)-

Menurutnya, rendahnya motivasi belajar anak disebabkan karena beberapa hal. Di antaranya karena kurangnya bimbingan orang tua. Kemudian masih kurangnya SDM guru di sekolah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Orang tua seharusnya juga memiliki pemahaman bahwa pendidikan sebenarnya dimulai dari keluarga, tidak hanya tanggung jawab guru di sekolah.

“Biasanya materi tentang latihan kepribadian juga saya berikan kepada orang tua. Saya selalu sampaikan bahwa psikologi anak harus dikelola ketika dia masih dalam kandungan,” ujarnya.

“Kami memberi edukasi bahwa, kita di wilayah perbatasan ini bisa setara dengan orang-orang di kota, asalkan kita punya semangat dan mau terus belajar. Kami juga mengedukasi terkait bahaya pernikahan dini. Jadi kami keliling ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi. Untuk bidang seni budaya, kami memberikan pelatihan tari tradisional dan pelatihan UMKM,” terangnya.

BACA JUGA: Lawatan ke Paser, KPK Singgung Kasus Korupsi Kukar dan PPU

Respons Positif Sekolah 

Kegiatan tersebut, kata Anastasia, sering kali mendapat dukungan dan respons positif dari pihak sekolah, bahkan dari masyarakat setempat.

Pihak sekolah merasa terbantu, karena anak-anak mendapat bimbingan khusus terkait motivasi belajar.

“Bahkan mereka (para guru,red) meminta lagi untuk memberikan les kepada anak-anak. Kemudian anak-anak juga sering menanyakan kapan les lagi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, perempuan asli Dayak Bahau ini berkomitmen untuk terus melaksanakan kegiatan tersebut, dan menyasar hingga semua sekolah di Mahulu.

Tak tanggung-tanggung, ia bahkan memiliki keinginan untuk membangun taman baca atau perpustakaan khusus untuk mengoptimalkan edukasi anak. 

BACA JUGA: Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kaltim Belum Sampai 50 Persen, Ini Kata Pokja 30

Ia mengakui bahwa pelaksanaan kegiatan selama ini masih banyak kendala terutama kurangnya sarana dan prasarana penunjang pendidikan di sekolah, seperti kursi dan lainnya.

“Makanya, ke depan saya ingin punya taman baca/perpustakaan sebagai wadah edukasi anak untuk meningkatkan minat belajar. Apalagi anak-anak zaman sekarang kurang minat membaca karena penggunaan handphone, dan lainnya,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: