Studi: Gangguan Mental Ternyata Bisa Menular Antar Remaja
Gangguan mental pada remaja ternyata bisa ditularkan kepada remaja yang lain, berdasarkan studi terbaru.-(Ilustrasi/Nomorsatukaltim)-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Gangguan mental tidak hanya menjadi isu individu, tetapi ternyata bisa menyebar di antara kelompok remaja, menurut sebuah studi terbaru.
Penelitian yang melibatkan lebih dari 700.000 siswa kelas sembilan dari 860 sekolah di Finlandia ini menunjukkan bahwa gangguan mental, khususnya yang terkait dengan suasana hati, kecemasan, dan gangguan makan, dapat "menular" di dalam kelompok sosial remaja.
BACA JUGA: Polisi Gagalkan Aksi Remaja Hirup Lem di Balikpapan, Dua Kaleng Disita
Penelitian yang dipublikasikan oleh Jama Psychiatry ini menemukan bahwa semakin banyak teman sekelas yang didiagnosis dengan gangguan mental, semakin tinggi risiko seseorang untuk menerima diagnosis serupa di masa depan.
Hubungan ini paling kuat terlihat pada tahun pertama penelitian. Namun penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor lain seperti orang tua, sekolah, atau lingkungan tempat tinggal.
BACA JUGA: Remaja Tawuran Gunakan Sajam, Untung Sudah Ditangkap Polisi
"Hubungan yang diamati paling kuat selama tahun pertama tindak lanjut dalam studi ini. Ini tidak menjelaskan sejumlah faktor terkait orang tua, sekolah, dan area tempat tinggal. Hubungan ini paling menonjol pada kasus gangguan suasana hati, kecemasan, dan gangguan makan," kata Profesor Christian Hakulinen dari Universitas Helsinki dalam siaran pers, dikutip dari Medical Daily, Senin (27/5/2024).
Namun, para peneliti memperingatkan bahwa hubungan yang diamati dalam studi ini tidak serta-merta bersifat timbal balik atau kausal. Meskipun demikian, mekanisme penularan gangguan mental antara individu belum diteliti lebih lanjut.
BACA JUGA: Jangan Hanya Tergiur Status Unggulan! Pertimbangkan Pola Asuh Sebelum Memilih Sekolah Anak
Para peneliti berpendapat bahwa peningkatan diagnosis di antara teman sebaya mungkin disebabkan oleh normalisasi dalam mencari diagnosis dan perawatan.
"Dimungkinkan, misalnya, bahwa ambang batas untuk mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental menjadi lebih rendah ketika ada satu atau lebih orang dalam jaringan sosial Anda yang telah mencari bantuan untuk masalah mereka. Faktanya, normalisasi diagnosis dan perawatan semacam ini dapat dianggap sebagai penularan yang menguntungkan dari gangguan mental," jelas Hakulinen.
BACA JUGA: Putra Terbaik Kaltim, Febrio Terkendala Biaya untuk Mengharumkan Kaltim di Kancah Nasional
Para peneliti percaya bahwa hasil studi ini akan membantu dalam intervensi dini dan pencegahan gangguan mental pada tahap remaja, periode perkembangan kunci di mana banyak gangguan mental cenderung muncul.
Pemahaman tentang peran efek teman sebaya dalam masalah kesehatan mental pada awal kehidupan juga akan menawarkan alat untuk langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang lebih berhasil, sehingga mengurangi beban ekonomi dan sosial dari gangguan mental.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: