Terjadi Ledakan Populasi Alga di Danau Kakaban

Terjadi Ledakan Populasi Alga di Danau Kakaban

Pengambilan sampel kedua di danau Pulau Kakaban untuk melakukan penelitian uji laboratorium. -istimewa-

BERAU, NOMORSATUKALTIM - Beberapa waktu lalu, tim peneliti telah merilis hasil uji laboratorium atas dua sampel yang telah dikumpulkan di Danau Pulau Kakaban. Dari hasil itu, terdapat beberapa dugaan sementara.

Pengawas Ahli Muda Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Ibrahim Nur mengatakan, pada pengambilan sampel pertama 28 Desember 2023 lalu oleh pihak akademisi, masih membutuhkan beberapa sampel lanjutan untuk mengetahui penyebab berkurangnya jumlah ubur-ubur di pintu masuk utama menuju Danau Kakaban tersebut.

“Karena sampel yang pertama tidak cukup. Jadi, harus ada beberapa sampel lanjutan yang dibutuhkan untuk mengetahui hasilnya. Meskipun saat ini hasilnya juga masih sementara,” katanya, Minggu (25/2/2024).

Dalam uji sampel kedua dilakukan penelitian lebih mendalam. Sebanyak 10 titik yang diambil, dan tidak hanya 3 unsur saja, tetapi lebih dari pada itu. Pada sampel kedua di Danau Kakaban ditemukan kandungan nitrat sebesar 0,25 mg per liter pada titik 1A. Sementara, lainnya normal. Untuk phosfat sebesar 0,42 mg per liter pada titik 5B.

“Secara keilmuan jumlah phosfat yang melampaui baku mutu itu harus diwaspadai, karena dikhawatirkan nutrifikasi,” jelasnya.

Meningkatnya unsur hara di danau akan menyebabkan pada blooming algae atau ledakan populasi alga. Sehingga, matahari tidak bisa masuk sampai ke dasar air, karena diserap oleh alga. DO pada air bisa terganggu dan itu dapat memengaruhi, bahkan mengganggu ekosistem di dalam danau tersebut. 

"Saat ini blooming algae memang tidak terjadi. Secara umum, berdasarkan hasil laboratorium hanya kadar nitrat dan phosfat saja yang berubah,” ungkapnya.

Adapun dugaan lainnya adalah adanya bahan kimia dalam tubuh wisatawan yang berenang dan larut di dalam air, sehingga mengkontaminasi kandungan air dalam danau.

"Kemungkinan lain yang bisa terjadi, yakni pada saat itu populasi ubur-ubur berkurang, karena sedang regenerasi dari polip atau anakan menjadi medusa atau ubur-ubur dewasa. Ini membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan," tuturnya.

Selain itu, penyebab lain yang diduga adalah perubahan cuaca yang terjadi pada tahun lalu yang sangat drastis.

Dimana, suhu di Berau masuk dalam 5 kabupaten tertinggi se-Indonesia yang mencapai 37 derajat. Sementara, parameter habitat ubur-ubur hanya tahan pada suhu sekitar 28-32 derajat saja. 

"Dikhawatirkan ubur-ubur tidak bisa teradaptasi. Akibatnya, Kakaban tidak lagi menjadi lingkungan yang memungkinkan ubur-ubur untuk hidup," pungkasnya.

Sebagai informasi, kejadian hilangnya ubur-ubur di danau pulau Kakaban juga pernah terjadi di Danau Laut Lenmakana Misool Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat yang diduga disebabkan oleh kenaikan suhu permukaan laut.

Dikatakannya, kepastian penyebab menghilangnya sebagian ubur-ubur di Danau Kakaban belum diketahui.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: