Dunia Memanas, AS-Houthi Saling Bom, Jalur Dagang di Laut Merah Terganggu

Dunia Memanas, AS-Houthi Saling Bom, Jalur Dagang di Laut Merah Terganggu

-Kapal komersil milik AS jadi korban rudal balistik pemberontak Houthi di Laut Merah.-X/PalestinaPost

NOMORSATUKALTIM – konflik pemberontak Houthi Yaman dan AS semakin memanas. Setelah menyerang kapal-kapal komersil di Laut Merah, AS balik mengebom Yaman.

Serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah oleh Houthi sendiri dianggap sebagai bentuk protes terhadap perang Israel di Gaza. Pemimpin kelompok tersebut, Abdel-Malik al-Houthi, mengatakan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi menegaskan hal tersebut.  

"Setiap serangan Amerika tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa respon. Tanggapannya akan lebih besar daripada serangan yang dilakukan dengan 20 pesawat tak berawak dan sejumlah rudal," ujar pemimpin Houthi tersebut dikutip Al Jazeera.

Pada hari Rabu 10 Januari 2024 lalu, pesawat tak berawak dan rudal Houthi menyasar kapal-kapal Amerika Serikat dan Inggris dalam sebuah serangan tunggal terbesar yang pernah dilakukan terhadap kapal-kapal asing. Dalam sebuah video amatir yang beredar di akun X, sejumlah rudal terbang menerjang kapal perang dan komersil yang berlayar di Laut Merah.

Akibat serangan ini, jalur perdagangan di Laut Merah terpaksa dialihkan lebih jauh di Afrika. Cyprus Shipping Chamber (CSC), sebuah kelompok industri pelayaran utama yang mewakili sekitar 200 perusahaan di Siprus dan luar negeri, angkat bicara. Mereka katakana bahwa serangan tersebut sangat berdampak terhadap perekonomian. Bahkan berdampak langsung pada harga-harga di seluruh dunia.

"Di mana negara-negara sangat bergantung pada bahan mentah, gas, biji-bijian, [dan] obat-obatan, kita harus mengasumsikan bahwa hal ini akan memiliki dampak yang substansial terhadap kehidupan sehari-hari, operasi bisnis, dan ini akan memiliki efek yang berlipat ganda," ujar Direktur CSC, Thomas Kazakos.

Gerakan Houthi, sebuah kelompok yang bersekutu dengan Iran dan menguasai sebagian besar wilayah Yaman setelah hampir satu dekade berperang melawan koalisi yang didukung oleh Barat dan dipimpin oleh Arab Saudi, telah muncul sebagai pendukung kuat kelompok Palestina Hamas dalam perangnya melawan Israel.

Houthi telah menyerang kapal-kapal komersial yang mereka katakan terkait dengan Israel atau menuju ke pelabuhan Israel dan telah terlibat langsung dengan Angkatan Laut AS di Laut Merah, menembakkan rudal balistik dan mengerahkan pesawat tak berawak bersenjata untuk melawan kapal perang AS dan Inggris.

Kelompok Houthi telah melakukan 27 serangan terhadap pengiriman internasional sejak 19 November, menurut keterangan militer AS sebelumnya pada hari ini.

Mereka menyasar kapal-kapal di selatan Laut Merah dan memberi peringatan bahwa mereka akan menyerang semua kapal bertujuan Israel. Mereka menyebut serangan tersebut sebagai dukungan kepada Palestina yang menghadapi serangan dan kepungan dari Israel di Gaza.

Human Rights Watch, di antara organisasi-organisasi lainnya, mengatakan bahwa serangan yang menargetkan warga sipil dan objek-objek sipil, jika dilakukan dengan sengaja atau sembrono, akan menjadi kejahatan perang. Organisasi pengawas hak asasi manusia itu berpendapat bahwa dalam lebih dari satu kesempatan, kapal-kapal yang menjadi sasaran tidak menunjukkan hubungan langsung dengan Israel atau bukti adanya target militer di atas kapal.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu mengesahkan sebuah resolusi yang menuntut Houthi untuk mengakhiri serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan membebaskan kapal tanker Galaxy Leader yang dioperasikan oleh Jepang yang disita tahun lalu.

Negara-negara Teluk dan Arab yang bersekutu dengan AS, termasuk Arab Saudi, telah mendesak Washington untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza, dengan mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk mencegah konflik menyebar ke luar Jalur Gaza.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Kamis, kepala negosiator Houthi Yaman mengatakan bahwa serangan-serangan kelompok ini terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah tidak mengancam perundingan perdamaian dengan Arab Saudi, dan justru menyalahkan perang Israel di Gaza yang telah menyeret Timur Tengah ke dalam lebih banyak lagi konflik regional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: