Bayi Prematur Dijadikan Konten 'Newborn' oleh Pihak Klinik, Berakhir Meninggal Dunia
Bayi lahir prematur dijadikan obyek foto ‘newborn’ tanpa ijin orang tua berakhir meninggal dunia. -(Screenshot/ IG @nadiaanastasyasilvera)-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM – Bayi mungil yang lahir prematur meninggal dunia usai dijadikan obyek foto ‘newborn’ oleh pihak klinik. Merasa keberatan, orangtua bayi malang tersebut melayangkan protes.
Bahkan, orang tua bayi tersebut mengaku tidak mengetahui jika buah hati mereka dibuat review dan konten untuk foto newborn.
Akibat peristiwa tersebut, orang tua bayi pasangan Erlangga Surya Pamungkas dan Nisa Armila melayangkan tuntutan kepada Klinik Alifa yang berada di Bantasari, Kecamatan Bungursari, Tasikmalaya.
Dalam lampiran kronologi yang diposting di akun Instagram @nadiaanastasyasilvera, pihak keluarga menuliskan jika penanganan persalinannya dilakukan oleh mahasiswa praktek di Klinik Alifa.
Selain itu, pihak keluarga juga mempertanyakan kenapa bayi yang lahir prematur dijadikan konten foto newborn.
“Bayi 1,5KG kalian beginikan tanpa ada ijin dari pihak keluarga, tanpa ada pemberitahuan dari pihak keluarga,” tulis akun Instagram @nadiaanastasyasilvera.
“Yang harus nya ini bayi di inkubator dan di berikan perawatan yang intensif malah kalian buat review dan konten. Dimana hati nurani kalian ????????? Ini manusia loh bukan binatang !!! klinikalifa,” tambahnya.
Pihak keluarga juga membagikan bagaimana bayi yang lahir pada 13 November dengan kondisi premature diperlakukan sebagai obyek foto dan bukannya dirawat di inkubator.
Dalam postingan tersebut juga diungkap, jika bayi yang lahir prematur tersebut dimandikan untuk kepentingan konten newborn oleh pihak klinik.
Tidak hanya menyesalkan tindakan dari pihak klinik yang menjadikan bayi mungil tersebut sebagai objek foto newborn, namun kaluarga juga memprotes tindakan perawat yang dianggap tidak profesional saat menangani persalinan.
Pihak keluarga menyebut bahwa sang ibu tidak ditangani dengan baik saat proses persalinan. Bahkan perawat yang seharusnya turun tangan melakukan tugasnya malah sibuk main handphone.
Sementara tugas menangani proses persalinan diserahkan kepada mahasiswi magang tanpa adanya arahan.
“Bidan tersebut tidak memperdulikan istri saya dan terus bilang jika belum waktunya melahirkan,” tulis sang ayah, Erlangga.
Menurut Erlangga, dirinya membawa istrinya ke klinik karena banyak mengeluarkan darah dan ketuban.
Erlangga juga menuliskan bahwa saat diperbolehkan pulang, pihaknya juga tidak diberikan dokumen semestinya, bahkan tidak diberikan surat kontrol.
Tak lama sesampainya di rumah, istrinya shock mendapati jantung bayi mungil mereka tidak berdetak.
Erlangga kemudian menelephone klinik Alifa. Namun tidak mendapatkan jawaban dan telephone klinik tersebut tidak aktif.
Tanpa pikir panjang, Erlangga langsung membawa anaknya ke klinik. Sesampainya di sana, salah seorang petugas klinik mengatakan bahwa bayinya telah meninggal dunia.
Tak puas dengan jawaban tersebut, Erlangga kemudian membawa anaknya ke RS Jasa Kartini Tasikmalaya.
Menurut Erlangga, pihak rumah sakit tersebut kaget. Kenapa anaknya yang premature sudah diperbolehkan pulang dan tidak dirawat di inkubator.
Setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih detil, pihak rumah sakit kemudian mengeluarkan surat kematian anaknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: disway.id