Nyawa Jurnalis Kian Terancam
23 jurnalis gugur saat meliput di Gaza. --Press Freedom Group
NOMORSATUKALTIM – Militer Israel menggencarkan serangan dan pengeboman di Gaza, Palestina. Mereka bahkan sesumbar akan terus melakukan serangan udara dan tak menjamin keselamatan para jurnalis yang sedang bertugas di Jalur Gaza. Korban jurnalis kian berjatuhan. Termasuk keluarga mereka.
Komite Perlindungan Jurnalis atau CPJ, melaporkan sampai 23 Oktober 2023, sedikitnya 23 jurnalis tewas dalam di tanah Gaza.
Militer Israel atau IDF, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis yang saat ini bekerja di Gaza yang kian terkepung.
Melalui surat yang ditulis kepada kantor berita itu, militer Zionis Israel mengatakan pihaknya menargetkan seluruh aktivitas Hamas di seluruh Gaza.
“Bahwa pemboman yang dilakukan dapat menyebabkan kerusakan bangunan di sekitarnya. Dalam keadaan seperti ini, kami tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda. Sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka,” ujar pernyataan IDF, dilansir Middle East Eye.
Sejak tadi malam, Zionis Israel memutus internet dan komunikasi di Gaza, menjadikan wilayah itu terputus dari kontak satu sama lain dengan dunia luar dan mengakibatkan putusnya informasi. Ini dilakukan di tengah serangan besar-besaran dan rencana perluasan invasi darat Israel.
Ledakan akibat serangan udara yang terus menerus menerangi langit Kota Gaza selama berjam-jam setelah malam tiba. Penyedia telekomunikasi Palestina, Paltel, mengatakan pemboman itu menyebabkan gangguan total terhadap layanan internet, seluler, dan telepon.
Pemutusan hubungan berarti bahwa korban akibat serangan dan rincian serangan darat tidak dapat segera diketahui. Meski begitu, beberapa telepon satelit tetap berfungsi.
Jurnalis Palestina, Eid Yara, melalui akun pribadinya juga melaporkan hal sama. Koneksi internet di Gaza diputus total. Para wartawan memanfaatkan jaringan satelit untuk mengabarkan situasi terkini.
“We lost connection with 2.3 milliion people,” tulis Yara.
Jurnalis senior Al Jazeera yang berugas di Gaza Palestina, Wael al Dahdoeh, bahkan harus kehilangan keluarganya setelah rumahnya dirudal serangan udara Zionis Israel. Ia harus kehilangan istri dan tiga anaknya, yang di antaranya berusia tujuh tahun. Wael juga harus kehilangan cucunya dan tujuh anggota keluarganya yang lain.
Serangan Israel yang menewaskan keluarga Wael terjadi saat ia bertugas bersama tim Al Jazeera lainnya. Dengan mengenakan rompi pers, Wael mendatangi Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir Al-Balah, selatan Gaza, untuk melihat jenazah keluarganya.
Serangan keji zionis Israel ke Gaza. Sejak semalam saluran internet di Gaza diputus total. --Twitter-X
Wael, melalui akun instagramnya hari ini, juga mengunggah video situasi di Gaza. Dalam video itu, tampak suasanya begitu gelap, tak lama terlihat api besar berkobar dan terdengar ledakan demi ledakan yang begitu keras di tengah kota Gaza. Ledakan itu membuat langit di sekitarnya memerah.
Ia menulis caption berbahasa Arab, dengan tagar Gazaunderattack.
“Israel memutuskan komunikasi dan internet dari Jalur Gaza dan serangan yang sangat kejam di Gaza utara,” tulis Wael. Meski begitu beberapa telepon satelit tetap berfungsi.
Dalam reportasenya, ia juga melaporkan situasi di Gaza yang kian menakutkan. "Kami tidak baik-baik saja, potongan tubuh dimana-mana. Rudal menargetkan semua orang, dan pemboman tidak berhenti sedikit pun,” ujarnya.
Akibat kurangnya internet dan listrik, banyak jurnalis yang tidak bekerja dari kantor medianya. Mereka berkumpul tempat terbuka, saling mengonfirmasi dan membuat laporan. Rumah sakit As Syifa di Gaza juga menjadi pusat perkumpulan jurnalis. Di sini mereka punya kesempatan mengisi baterai ponsel melalui generator. Sekaligus mengupdate informasi jumlah korban tewas dan terluka akibat serangan biadab Zionis Israel. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: