7.028 Korban Kejahatan Perang Israel Dirilis Kemenkes Palestina
Warga Gaza menyelamatkan anak yang rumahnya dirudal zionis Israel.--AP Photo - Fatima Shbair
NOMORSATUKALTIM - Kementerian Kesehatan Palestina membungkam Presiden Amerika Joe Biden, yang menuding jumlah ribuan kematian di Gaza tidak benar. Kemenkes Palestina pun akhirnya merilis ribuan nama-nama korban meninggal dunia akibat kejahatan perang yang dilakukan Zionis Israel di Gaza.
Kemarin, akhirnya Kemenkes Palestina merilis nama 7.028 orang yang gugur akibat serangan udara Zionis Israel. Hal itu dilakukan sehari usai Presiden AS Joe Biden mempertanyakan jumlah korban tewas sejak perang dimulai 7 Oktober silam.
Biden mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia tidak yakin orang Palestina memberi kabar sebenarnya tentang jumlah orang yang dibunuh Israel.
Sebagai tanggapan atas tudingan Biden, Kemenkes Palestina menerbitkan laporan setebal 210 halaman, yang merinci nama, usia, jenis kelamin, dan nomor identitas setiap orang yang gugur di Gaza.
Laporan yang dilihat media ini pada Jumat (27/10/2023), berisi grafik para Syuhada dan korban luka hari ke hari. Laporan berbahasa Arab itu juga berisi tabel yang menjelaskan detil identitas, usia dan jenis kelaman para korban. Kementerian mengatakan laporan versi bahasa Inggris akan segera diterbitkan.
Kemenkes Palestina merilis daftar korban kejahatan perang Zionis Israel. (Ist)
Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra mengatakan komentar Biden menunjukkan tabiat pemerintah AS.
“Mereka tidak memiliki standar manusia, moral dan nilai-nilai dasar hak asasi manusia karena tanpa malu-malu mempertanyakan validitas jumlah korban tewas,” tegas Al Qudra, dinukil dari Middle East News.
Ia menambahkan, “Kami memutuskan untuk keluar dan mengumumkan, dengan rincian dan nama, dan di depan seluruh dunia, kebenaran tentang perang genosida yang dilakukan pendudukan Israel terhadap rakyat kami.”
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, antara 7 Oktober hingga pukul 15.00 waktu setempat pada 26 Oktober, 7.028 warga Palestina terbunuh, termasuk 2.913 anak-anak.
Selain itu, sebanyak 3.129 wanita dan 3.899 laki-laki gugur. Jumlah orang tak dikenal yang terbunuh mencapai 218 orang, tapi mereka tidak termasuk dalam jumlah korban tewas terakhir.
Laporan itu juga tidak menyertakan mereka yang terkubur tanpa dibawa ke rumah sakit, mereka yang tidak dapat diselesaikan rumah sakit dalam prosedur registrasi, dan orang-orang yang hilang di bawah reruntuhan, yang berjumlah sekitar 1.600 orang.
Bahkan banyak dari mereka yang dikhawatirkan juga meninggal dunia.
Karena itu, kementerian mengatakan jumlah korban tewas sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi dari yang disebutkan di laporan itu.
“Kami menegaskan pintu Kementerian Kesehatan terbuka bagi semua institusi untuk mengaksesnya,” kata Qudra dalam sebuah pernyataan.
“Biarlah dunia tahu di balik setiap angka ada kisah seseorang yang diketahui nama dan identitasnya. Masyarakat kami bukanlah orang-orang yang bisa diabaikan.”
Sikap Biden ini berbeda jika laporan yang didapatkan datang dari pihak Israel. Di awal pembantaian, misalnya, ia menggaungkan kebohongan soal bayi-bayi Israel yang dipenggal. Israel mengakui mereka tak punya bukti soal hal itu, dan Gedung Putih buru-buru meralat pernyataan Biden.
Jurnalis CNN Sarah Sidner yang mengabarkan hoax dari pemerintah Isarel, juga meminta maaf.
“Yesterday the Israeli Prime Minister's office said that it had confirmed Hamas beheaded babies & children while we were live on the air. The Israeli government now says today it CANNOT confirm babies were beheaded. I needed to be more careful with my words and I am sorry,” tulis Sidner dalam akun Xnya, dikutip Sabtu (21/10/2023) lalu.
Menlu RI Sebut Korban Didominasi Anak dan Perempuan
Di sisi lain, dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB soal partisipasi perempuan dalam perdamaian dan keamanan internasional di Markas PBB, New York, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan lebih dari 60 persen korban kekerasan di Gaza adalah perempuan dan anak-anak.
Ini menunjukkan realitas dunia saat ini di mana perempuan selalu menjadi korban dalam setiap konflik kekerasan. “Perempuan mencakup separuh populasi dunia. Karena itu, perempuan itu bagian tak terpisahkan dari solusi dan agen perdamaian yang efektif," ujar Retno.
Ia menyampaikan hal itu dalam kegiatan yang diinisiasi Brasil sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB.
“Harus saya sampaikan dengan jujur bahwa meski telah ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan, namun realitasnya masih jauh dari ideal," ujarnya.
Retno menegaskan di pelbagai belahan dunia, perempuan menjadi korban pertama dari setiap konflik. Fenomena ini harus membangkitkan kesadaran semua pihak untuk memberikan perhatian lebih besar kepada agenda Women, Peace, and Security.
Dalam pidatonya, Retno juga menyinggung krisis kemanusiaan yang menimpa warga Gaza, Palestina. Ia mengungkapkan, kehadirannya di Majelis Umum PBB tak hanya dalam kapasitas menlu Indonesia, tapi juga sebagai seorang wanita, ibu, dan nenek.
“Saya mohon, hentikan pembunuhan, lindungi warga sipil, biarkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza,” katanya lewat akun X resminya.
Retno juga meminta kepada Majelis Umum PBB agar menghentikan penjajahan Israel terhadap Palestina.
“Indonesia berdiri bersama rakyat Palestina,” tegasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: