Tempus Est

Tempus Est

Janjimu tipu muslihat
Senyummu bulus membius
Cukup sampai di sini lukaku dendamnya kurawat
Tapi sisa waktu kesumatku

Dasar kau pengkhianat
Pengkhianat berwajah santun
Dasar kau pengkhianat
Lihat kuburmu adalah tempatmu

Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi)
Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi)
Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi)

Waktumu sudah habis
Manusia tak punya malu

Janjimu tipu muslihat
Senyummu bulus membius
Cukup sampai di sini lukaku dendamnya kurawat
Tapi sisa waktu kesumatmu

Dasar kau pengkhianat
Pengkhianat berwajah santun
Dasar kau pengkhianat
Lihat kuburmu adalah tempatmu

Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi)
Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi)
Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi)

Waktumu sudah habis
Manusia tak punya malu
Tunggu saatnya kan tiba
Pastilah akan tiba
Tiba masa buat perhitungan
Membalas pengkhianatan ini

Tentu yang membaca lirik itu menghubungkannya dengan situasi politik terakhir. Yakni ketika Presiden Jokowi seperti memindahkan dukungan dari Capres Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto.

Padahal bisa saja bukan. Bisa saja ada maksud yang lain. Siapa tahu lirik itu hanya ditujukan ke tokoh PDI-Perjuangan seperti Budiman Sudjatmiko. Yang kini terang-terangan mendukung Capres Prabowo. Atau jangan-jangan Prananda menunjukkan lirik lagu itu kepada Muhaimin Iskandar. Bahkan siapa tahu lirik itu ditujukan ke Zelenskyy di Ukraina sana.

Bisa juga hari itu Prananda baru saja nonton wayang kulit semalam suntuk. Ia benci kepada salah satu tokoh wayang. Maka lirik itu ia tujukan untuk Patih Sengkuni.

Berarti baiknya jangan ada yang tersinggung. Apalagi, setelah saya teliti, ternyata lirik itu ditulis tahun 2015. Tidak ada perubahan lirik apa pun saat lagu Pengkhianat disiarkan di YouTube tujuh hari lalu.

Maka saya ingat-ingat: ada kekecewaan apakah di tahun itu. Rasanya tidak ada. Toh Prananda tidak pernah punya keinginan masuk dalam daftar kabinet baru. Prananda tidak kelihatan punya ambisi politik. Di PDI-Perjuangan pun tidak pernah dipanggungkan. Padahal jabatan dalam partai sangat tinggi: salah satu ketua DPP.

Saya hanya bertemu Prananda satu kali. Di pemakaman Taufiq Kiemas, ayah tirinya.

Prananda, Anda sudah tahu, putra kedua Megawati dari suami pertama: Kapten Penerbang Anumerta Surindro Supjarso.
Di pemakaman itu Prananda berpidato mewakili keluarga. Pakai peci hitam. Saya terkesima. Hampir persis Bung Karno di saat muda. Saya sampai heran saat itu: mengapa ''Bung Karno Muda'' ini tidak pernah dipromo sebagai putra mahkota Megawati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: