DKP Kaltim Fokus Genjot Produksi Perikanan

DKP Kaltim Fokus Genjot Produksi Perikanan

Nomorsatukaltim.com - Sektor perikanan menjadi salah satu unggulan yang dimiliki Kalimantan Timur, baik komoditas ikan air tawar maupun ikan air laut. Apalagi, sepanjang 2022, produksi perikanan tangkap Kaltim dari perairan laut dan perairan umum daratan mencapai 166.376,85 ton per tahun. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Kaltim terus berupaya mengoptimalkan potensi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Karena itu, sepanjang tahun 2023 ke depan, ada dua fokus utama yang akan digenjot Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim. Pertama, mengoptimalkan realisasi penangkapan terukur sesuai arahan pemerintah pusat. Kedua, peningkatan kampung perikanan budidaya. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim, Irhan Hukmaidy menyampaikan, selama tahun 2022 produksi perikanan tangkap sebesar 166.376,85 ton terdiri dari perairan laut sekitar 122.998,71 ton atau 73,92 persen. Untuk hasil tangkapan perairan darat sekitar 43.378,14 ton atau 26,08 persen. Selain itu, lanjut Irhan, sektor perikanan melalui sejumlah komoditas ekspor mampu memberi sumbangsih besar bagi perekonomian daerah. Nilai ekspor produk perikanan Kaltim pada tahun 2021 mampu menembus angka $72 juta dolar Amerika, atau sekitar Rp 1 triliun. Pada tahun 2022, di kisaran Rp 1 triliun sampai Rp 1,3 triliun. “Yang pasti kita punya potensi besar,” papar Irhan. Ia merinci, kpmoditas ekspor perikanan dari Kaltim, di antaranya, udang windu, ikan kerapu dan kepiting. Untuk komoditas non-ikan berupa rumput laut jenis glacilaria. Menurutnya, saat ini komoditas yang lagi naik daun komoditi kepiting dan ikan kerapu. Komoditas ini mampu mengekspor sampai negeri Tirai Bambu. Di bulan Mei 2022, sambungnya, telah dilakukan direct call ekspor kepiting ke Shenzen, Tiongkok, dari Terminal Cargo Bandara SAMS Sepinggan, Balikpapan. Jumlahnya 5 ton atau senilai Rp 1 miliar. Irhan mengingatkan besarnya potensi hasil laut di Kaltim perlu dioptimalkan. Pihaknya akan menjalankan peraturan penangkapan ikan terukur, yang dinilai sebagai langkah menjaga kelestarian habitat perairan. Menurut Irhan, kebijakan dari Kementeriak KKP itu salah satu bentuk menjaga kelestarian perikanan dan upaya perbaikan tata kelola di bidang perikanan tangkap. Ia menilai penangkapan ikan terukur diharap menghadirkan keseimbangan antara keberlanjutan ekologi, pertumbuhan ekonomi dan keadilan pemanfaatan sumber daya perikanan. Program yang digencarkan sepanjang tahun 2023, dengan berbasis kuota. Data dari kuota itu telah direview Komite Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan. “Perhitungan kuota didasarkan potensi sumber daya ikan dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan,” tutur Irhan. Penangkapan ikan terukur berbasis kuota per kabupaten kota atau provinsi. “Kalau di Indonesia keseluruhan total kuotanya 12, 1 juta ton per tahun,” imbuhnya. Terkait pengembangan sektor perikanan budi daya, pemerintah pusat menargetkan pembentukan kampung budi daya sebanyak 130 kampung di tahun 2022. Untuk Provinsi Kaltim, dua lokasi telah ditetapkan sebagai kampung budi daya, yaitu di Loa Kulu, Kutai Kartanegara sebagai kampung budi daya ikan nila dan di Pulau Maratua, Berau sebagai kampung budi daya ikan kerapu. “Nantinya kita juga dorong daerah lain menjadi kampung budi daya sesuai keunggulan masing-masing,” beber Irhan. Sebab, lanjut Irhan, pengembangan perikanan budidaya yang tengah dilakukan masih sporadis dan tidak merata, sehingga perlu dibuat klaster. Contohnya, mungkin Kutai Kartanegara didorong menjadi kampung budidaya kepiting dan udang windu serta Bontang dengan kampung budidaya rumput laut. “Karena pada 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membentuk lagi sekitar 150 kampung budi daya,” imbuhnya. Selain mendorong pembentukan kampung budidaya, DKP Kaltim akan mengembangkan budidaya perikanan spesifik dan ikan-ikan endemic lokal yang mulai berkurang populasinya bahkan langka di pasaran. Semisal ikan biawan, ikan pepuyu, ikan lais termasuk juga ikan haruan. “Arah kebijakan kita ke sana, tapi memang semua tidak bisa instan,” paparnya. (*) Reporter: Muhammad Taufik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: