Serapan Beras Lokal oleh Bulog Terus Menurun

Serapan Beras Lokal oleh Bulog Terus Menurun

Paser, Nomorsatukaltim.com - Serapan beras lokal di tingkat petani Bulog Tanah Grogot 2022 hanya 788,85 ton atau 79 persen. Diketahui pada tahun lalu Bulog Tanah Grogot ditarget menyerap 1.000 ton. Namun penurunan itu bukan hanya terjadi tahun lalu. Kepala Perum Bulog Kancapem Tanah Grogot, Radhi Anshari mengatakan beras lokal didapati dari petani dari Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Sebakung Kecamatan Longkali dan Kecamatan Longikis, Kabupaten Paser. "Daerah-daerah tersebut sentral produksi padi. Untuk serapan beras lokal kami lakukan pada periode panen gadu dan panen rendeng," kata Radhi Anshari, Kamis (19/1/2023). Awal 2022 persedian Bulog Tanah Grogot 663,560 ton. Kemudian mendapatkan pemasukan atau pasokan lokal 788,85 ton. Sementara untuk yang disalurkan 1.397,875 ton. "Stok terakhir kami pada 2022 ada 54,535 ton," sambungnya. Serapan beras lokal dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada 2018 sebanyak 4.183 ton, 2019 di angka 2.936,34 ton, 2020 mencapai 2.230,55 ton, 2021 mencapai 1.057 ton, sementara 2022 dengan 788,85 ton. Tak adanya pasar pusat atau tidak ada lagi program bagi warga tidak mampu seperti beras miskin atau beras sejahtera. "Kalau untuk serap serial tahunnya mengalami penurunan. Karena captive market kita yang hilang sejak 2018 seperti raskin atau rastra itu sangat berpengaruh," beber Radhi. Sehingga beras diserap dari petani lokal belum maksimal untuk disalurkan ke masyarakat. Sisi lain untuk menghindari kerugian khususnya dari segi perusahaan. "Jadi kita melakukan penyerapan sesuai target yang ditentukan kantor pusat. Target 2022 itu 1.000 ton," jelasnya. Disinggung mengenai banyaknya bantuan saat Covid-19 yang disalurkan kepada masyarakat, Radhi menyatakan pada masa pandemi merebaknya virus corona kesusahan mendapatkan beras lokal. Karena petani lebih menjual langsung kepada pemerintah daerah atau dari perusahaan. "Karena ada selisih harga. Karena sesuai serapan yang ditentukan oleh pemerintah, Bulog itu hanya menyerap diharga Rp 8.300 per kilogram. Contohnya saja, kalau ada yang beli Rp 8.500 saja, ya pasti lebih menjual yang di atas harga Bulog," tuturnya. Sehingga yang sebenarnya dapat dimaksimalkan untuk diserap, dikatakannya petani lebih memilih langsung menjual ke pasaran. "Ada selisih harga yang lumayan. Makanya serapan saat Covid-19 menurun, karena bersaing dengan pihak-pihak yang punya anggaran untuk menyalurkan bansos berupa beras," pungkas Radhi. (*) Reporter: Achmad Syamsir Awal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: