Petani Balikpapan Produksi Beras Beruang Madu

Petani Balikpapan Produksi Beras Beruang Madu

Nomorsatukaltim.com - Mungkin banyak yang belum tahu, jika petani Balikpapan punya produksi beras lokal sendiri. Namanya, beras Beruang Madu.

Minimnya lahan pertanian di Balikpapan, tidak membuat pesimis Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) kota ini. Bersama para petani, mereka terus menggenjot produksi ketahanan pangan. Salah satunya beras lokal.

Beras Beruang Madu ini salah satu hasil produksi pertanian yang dikelola secara mandiri. Lokasi produksinya ada di Kelurahan Teritip, tepatnya di Kecamatan Balikpapan Timur daerah Gunung Binjay.

Penyuluh DP3 Balikpapan, yang merangkap sebagai Kordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Kasan mengatakan bahwa beras Beruang Madu adalah asli hasil produksi para petani Balikpapan khususnya petani di Teritip.

Meski saat ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan beras warga Balikpapan, namun langkah ini sebagai upaya menggenjot produk pangan di Kota Balikpapan.

"Beras Beruang Madu sudah lama dikonsumsi, khususnya untuk para petani kita di wilayah Teritip. Dipasarkan hanya sekitar wilayah Teritip saja, karena jumlahnya tidak terlalu banyak, jadi hanya sebatas konsumsi lingkungan saja," jelasnya, Jumat, (20/1/2023).

Beras tersebut mulai diperkenalkan melalui event Kota, seperti Natal dan Tahun Baru,  bazar Ramadhan serta gerakan Masyarakat.

"Jika diproduksi masyakarat Balikpapan keseluruhan belum mampu, karena jumlahnya masih minim. Tapi kami sering memperkenalkan melalui event kota," ujar Kasan.

Ia menjelaskan rotal produksi rerata para petani padi mencapai empat sampai lima ton per hektare. Luas lahan di sana sekitar 30 Ha. Untuk panen, dibutuhkan waktu 110 hari atau tiga bulan lebih.

"Pertahun bisa panen sebanyak dua kali," jelasnya. Artinya beras Beruang Madu dapat diproduksi sebanyak 300 ton per tahun.

Kasan menjelaskan alasan per tahun hanya dapat panen dua kali, dikarenakan faktor iklim, sumber daya manusia dan peralatan produksi yang belum memadai.

Para petani juga kewalahan ketika musim hujan datang. "Sebab masih kurangnya pelataran untuk menjemur padi ketikan panen," tuturnya.

"Bukan oven seperti daerah sentral sana, yang kalau panen jemurnya tinggal ditunggu otomatis saja," sambung Kasan.

Meski belum optimal dari kuantitas produksi, tapi dari kualitasnya patut diacungi jempol. Beras Beruang Madu tidak kalah kualitasnya dalam bersaing dengan beras daerah luar. "Cukup bagus tidak mengecewakan konsumen," imbuhnya.

Kebutuhan Beras Balikpapan

Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan, Heria Prisni, mengakui kota ini masih sangat sulit untuk mewujudkan ketahanan pangan mandiri. Salah satu kendalanya karena keterbatasan lahan.

Selama ini jumlah lahan pertanian di Balikpapan terbilang kecil. Hanya sekitar 32 hektare. Ditambah dengan sistem tadah hujan, panen hanya terjadi satu atau dua kali dalam setahun. Dari lahan itu menghasilkan beras sebanyak 398 ton atau hanya mencukupi 0,7 persen dari total kebutuhan beras warga Balikpapan.

Konsumsi beras per orang mencapai 77 kg per tahun, dikalikan jumlah penduduk Balikpapan sekitar 700 ribuan jiwa, maka kebutuhan warga  Balikpapan bisa mencapai 54 ribu ton lebih.

"Kebutuhan itu belum ditambah para pendatang. Dalam setahun kebutuhan kita untuk beras per tahun bisa mencapai 54 ribu ton lebih atau 4.480 ton per bulan," jelasnya.

Untuk menutupi kekurangan itu, Balikpapan harus tetap mengimpor beras dari luar daerah. Terutama dari Jawa dan Sulawesi.

“Kemampuan produksi beras kita kecil sekali. Bukan sebagai sentra utama, sehingga dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain. Meski persentasenya kecil, sampai saat ini masih belum kekurangan karena ada pasokan dari luar,” jelasnya.

Meski demikian, pihaknya tetap berupaya menggenjot produksi beras lokal. Terlebih dalam mempersiapkan diri sebagai kota penyangga IKN. Saat ini beras lokal di Kaltim ada dua. Beras Beruang Madu dari Balikpapan, dan beras Segar dari Penajam Paser Utara.

"Itu pun didistribusikan jumlahnya terbatas dan selalu habis. Harganya terjangkau, Rp 50 ribu untuk 5 kg atau Rp 10 ribu per kg,” jelasnya.

Selain menggenjot produksi beras, DP3 Balikpapan juga fokus mengembangkan produks holtikultura. Termasuk mengembangkan tanaman pangan di pekarangan. (*)

Reporter: Muhammad Taufik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: