Cerita Irma, Warga Samarinda yang Menjadi Pelanggan ‘Medichal Tourist’ di Malaysia

Cerita Irma, Warga Samarinda yang Menjadi Pelanggan ‘Medichal Tourist’ di Malaysia

BALIKPAPAN, Nomorsatukaltim.com – Selama bertahun-tahun, Malaysia menjadi salah satu tujuan perawatan kesehatan masyarakat Indonesia. Data Malaysia Healthcare menunjukkan bahwa pada 2019 tercatat sebanyak 670 ribu warga Indonesia berobat. Dari jumlah itu, sebanyak 60 persen di antaranya berasal dari Pulau Sumatera seperti Medan, dan Aceh. Salah satu warga Indonesia yang berlangganan perawatan kesehatan di Malaysia ialah Irma (50) warga Samarinda. Menurut Irma, keunggulan rumah sakit di Negeri Jiran, selain fasilitas yang lengkap, ialah teknologi modern, serta pelayanan yang baik. “Awalnya karena orang tua yang menjalani perawatan di sana, kemudian berlanjut ke keluarga yang lain. Memang secara fasilitas dan teknologi kedokteran sangat lengkap,” kata Irma, Rabu, 23 November 2022. Rumah sakit juga menyediakan layanan jemput di bandara, atau lokasi dimana pasien memerlukan. Selain itu, pihak rumah sakit juga akan mengurus dokumen keimigrasian jika diperlukan. Director of Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC), Farah Delah Suhaimi menyebut, rumah sakit Malaysia tidak pernah bersaing dengan Indonesia. “Tidak pernah sama sekali. Kami ingin menjadikan rumah sakit kami sebagai second option. Ataupun jika ada perawatan yang tidak bisa dilakukan di Indonesia,” sebut Farah. Menurutnya RS di Malaysia bersaing dengan Singapura, Thailand dan Korea. MHTC mencatat jumlah warga negara asing yang berobat di Malaysia pada 2019 atau sebelum pandemi, sebanyak 1,2 juta orang dan 670 ribu dari Indonesia. Farah menyebutkan jumlah rumah sakit di negaranya sekitar 200, namun hanya 87 yang masuk dalam MHTC atau Malaysia Healthcare. Hanya rumah sakit MHTC yang ditunjuk melayani pasien dari negara lain, karena dianggap telah memiliki fasilitas mumpuni. Rumah sakit itu tersebar di 9 negara bagian, sehingga bisa diakses oleh para wisatawatan, atau warga negara asing yang berkunjung. MHTC menetapkan standar pelayanan dan fasilitas, termasuk biaya perawatan. “Mereka tidak bisa sesukanya menerapkan tarif. Semua tarif perawatan ditetapkan oleh pemerintah,” imbuh Farah. MHTC mulai menjajaki kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sehingga mulai tahun depan, akan ada kerja sama antar dokter dan antar rumah sakit. “Nantinya pasien dari Indonesia bisa melanjutkan perawatan atau pemeriksaan lanjutan di Indonesia,” kata Farah. Selama bertahun-tahun, Malaysia telah mengembangkan medhical tourist. Mereka menggabungkan paket pariwisata dengan medichal check-up. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: