Tidak Ada Kejelasan dan Keputusan Pemerintah, Masyarakat Adat Cat Jembatan Keroncong Kembali Jadi Kuning

Tidak Ada Kejelasan dan Keputusan Pemerintah, Masyarakat Adat Cat Jembatan Keroncong Kembali Jadi Kuning

Kukar, nomorsatukaltim.com – Keputusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar), terkait permintaan masyarakat adat Kutai. Agar warna Jembatan Kartanegara, sebagai ikon Kota Raja dikembalikan menjadi kuning sakral, hingga kini masih belum ada. Sebagai bentuk kekecewaan dan tidak jelasnya keputusan pemerintah tersebut. Minggu (6/2/2022) pagi sekitar pukul 11.00 Wita. Masyarakat adat Kutai dari Remaong Koetai Berjaya (RKB) menggelar aksi damai, dengan mengecat kembali Jembatan Keroncong di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang. Dari merah kembali menjadi kuning. “Kita ingin mengembalikan warna jembatan di Kutai Kartanegara menjadi warna sebelumnya, yaitu warna kuning. Yang merupakan warna sakral bagi masyarakat Kutai. Sesuai dengan kearifan lokal, budaya dan adat istiadat di Tanah Kutai,” terang Ketua RKB Hebby Nurlan Arafat pada awak media di sela-sela aksi. Pengecatan di Jembatan Keroncong ini merupakan awal saja. Karena untuk melakukan pengecatan di Jembatan Kartanegara, masyarakat adat akan menggunakan jasa pemborong. “Kita bukan ahlinya. Jadi untuk Jembatan Kartanegara kita gunakan tenaga ahlinya. Dan untuk pembiayaannya, murni dari solidaritas masyarakat adat Kutai yang tidak setuju,” ungkap Hebby. Sejauh ini, sudah dilakukan pertemuan atau mediasi dengan Pemkab Kukar sebanyak empat kali. Dan terakhir dimediasi langsung oleh Kapolres Kukar dan Dandim. Di mana saat itu masyarakat telah memberikan waktu selama dua minggu kepada pemerintah. Tapi sampai sekarang tidak ada keputusan maupun kebijakan apapun.   “Inilah sikap kami sebagai masyarakat adat. Karena tidak adanya keputusan tersebut, artinya pemerintah tidak mendengar aspirasi kami dan tidak menghormati, menghargai kearifan lokal yang ada di tanah Kutai. Apalagi kami lihat, ini sangat berbau politik,” singgungnya. Kemudian lanjutnya, rencana akan menurunkan ribuan massa saat pengecatan tidak jadi dilakukan. Pasalnya, pihaknya menghormati aparat kepolisian dan TNI. Agar bisa menjaga prokes selama pelaksanaan. “Kalau ribuan yang turun nanti malah dianggap mengumpulkan massa. Jadi aksi hari ini (Minggu, Red) yang datang sekitar 200 orang saja,” kata Hebby. Ditanya kapan mengecat Jembatan Kartanegara. Hebby pun mengatakan nanti setelah pekerjaan yang sekarang dilakukan oleh kontraktor selesai dilakukan. Apalagi yang bekerja melakukan pengecatan di jembatan, merupakan saudara sendiri. “Kita selesaikan saja dulu mereka. Biar ada warna dasarnya. Nanti kalau sudah selesai, baru pemborong atau tenaga ahli dari kita yang masuk. Itupun kalau sampai tidak ada kebijakan atau keputusan dari pemerintah lagi. Jadi tahap awalnya, kita lakukan pengecatan di Jembatan Keroncong dulu,” jelasnya. Sementara itu, Sopian warga Desa Jembayan, Loa Kulu yang ikut aksi damai mengatakan ini panggilan hati. Karena saya memang menyukai warna kuning, yang merupakan warna sakral sebagai warna adat di Tanah Kutai. “Warna kuning itu warna kearifan lokal di Kutai. Kalau diubah warnanya, ciri khas Kutai-nya hilang. Jadi kita sekarang berusaha untuk mempertahankan warna kuning ini,” katanya pada Disway Kaltim. Ia pun mengaku secara suka rela saat mengikuti aksi damai ini. Bahkan ia sangat senang sekali, masyarakat adat terus berjuang memperjuangkan adat istiadat di Kutai. “Yang kami rasakan sekarang ini, adat istiadat kami sudah agak tergeser,” ucap Sopian. Bahkan, sebelum dilakukan perubahan warna Jembatan Kartanegara menjadi merah. Ia sudah memperingatkan kepada pemerintah saat ada kajian sejarah dan budaya di Bappeda Kukar. “Pas saya bilang begitu, mereka (Bappeda, red) bilang namanya sudah diputuskan Pak, jadi tidak bisa apa-apa,” terang pria yang juga ketua Lembaga Adat Pemarangan Jembayan ini. Kemudian, Febri masyarakat adat dari Kecamatan Muara Jawa pun hadir bersama 13 orang. Mereka pun datang karena penggilan hati nurani. “Warna kuning ini bagi kami masyarakat di Kalimantan merupakan warna sakral. Itu identitas kami di Kalimantan, karena warna kuning artinya untuk kedamaian,” tegasnya. Bahkan terangnya, Jembatan Dondang di Muara Jawa sekarang berwarna kuning. Karena sekali lagi, itu merupakan identitas asli di Tanah Kutai. “Sekarang kita lagi perjuangkan warna Jembatan Kartanegara yang merupakan ikon Kukar. Karena lokasi Jembatan Kartanegara berada di induk Kesultanan Kutai,” tuturnya. Terpisah, Kabag Ops Polres Kukar Kompol M. Aldi Harjasatya mengatakan, dalam aksi damai yang dilaksanakan masyarakat adat Kutai ini. Pihaknya hanya melakukan pengamanan agar jalanan yang dilewati oleh pengguna jalan tidak ada kemacetan. “Dalam pengamanan ini kita menurunkan sebanyak 250 personel,” ucapnya. (bay/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: