Petani PPU: Daripada Bangun RMU, Lebih Baik Perbaiki Jalan Usaha Tani

Petani PPU: Daripada Bangun RMU, Lebih Baik Perbaiki Jalan Usaha Tani

Penajam, nomorsatukaltim.com - Rencana Pemkab Penajam Paser Utara (PPU) untuk membangun rice milling unit (RMU) terus mendapatkan penolakan dari masyarakat. Masyarakat menilai justru lebih baik jika anggaran besar dialokasikan untuk perbaikan jalan usaha tani. Saat ini, petani padi khususnya di Kecamatan Babulu, sudah memanen padi mereka. Namun masalah belum usai. Karena mereka masih kesulitan dalam urusan mengangkut hasil panennya. Infrastruktur seperti jalan usaha tani masih jauh dari kondisi baik. Tentu saja bagi petani keberadaan jalan ini sangat penting karena. Padi setelah dipanen tidak mungkin disimpan lama di sawah. Harus segera dibawa pulang untuk dijemur kemudian digiling. Begitu pula dengan sayur-mayur dan buah-buahan, harus segera dibawa pulang untuk menjaga kualitasnya. Makanya jalan usaha tani ini merupakan prasarana transportasi vital, pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat dan mesin pertanian. Pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian, dan mengangkut hasil pertanian dari lahan menuju tempat penyimpanan atau pasar. “Percuma kalau hasil panen banyak dan bagus, tapi susah bawa pulangnya. Kalau lama disimpan di sawah itu nanti bisa rusak dan jelas rugi,” ungkap salah seorang petani yang enggan disebutkan namanya pada Disway Kaltim. Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi) PPU juga sependapat. Menilai bahwa program RMU tak tepat sasaran. Jika benar ingin menyejahterakan para petani Benuo Taka, harusnya fokus dulu pada hulunya. Ketua Perpadi PPU Totok Suprapto menuturkan alangkah lebih baiknya, uang besar yang akan dialokasikan pada Perumda Benuo Taka untuk pembangunan rice milling unit sebesar Rp 26,9 miliar itu diperuntukkan ke program langsung ke petani. Semisal untuk suplai bibit unggul, berkualitas, atau pupuk yang saat ini sedang susah-susahnya. Kuota pupuk subsidi juga terus dikurangi. Soal jalan usaha tani tadi, Totok bilang banyak jalan pertanian rusak parah. “Bahkan ada jalan yang hanya bisa dilewati roda dua saja, roda empat sulit lewat. Petani kadang inisiatif sendiri atau kerja bakti untuk memperbaiki jalan, timbun tanah merah atau batu. Kalau lewat APBDesa saja sepertinya belum cukup untuk perbaikan, ke depan harus ada dari kabupaten atau provinsi, bahkan pusat untuk bantu,” tuturnya. Adapun kerja bakti atau gotong royong yang dilakukan mandiri oleh petani itu jelas sangat baik. Tapi perlu juga diingat, bahwa di Indonesia, jalan khusus (termasuk jalan pertanian) disebutkan dalam UU 38/2004. Tentang adanya jalan yang pembangunan dan pembinaannya dilakukan oleh kementerian terkait. Untuk jalan pertanian, tanggung jawabnya dibebankan pada Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Lebih lanjut, berbisnis di sektor penggilingan ini, membuat ia dan seluruh anggotanya mengerti benar apa masalah yang dihadapi petani. Karena secara etis, kalangan pemilik mesin penggiling ini memiliki hubungan yang jauh lebih dari hanya sekadar produsen dan konsumen semata. "Karena kalau mereka kesulitan benih, pupuk dan pestisida, atau angkutan, kami yang selalu mereka datangi untuk dimintai tolong. Dan kami juga harus membantu mereka, demi keberlangsungan usaha kami juga," bebernya. Oleh karena itu, ia berharap besar pada Plt Bupati PPU Hamdam Pongrewa untuk bisa meninjau dan merevisi kebijakan Bupati PPU nonaktif Abdul Gafur Mas'ud (AGM) itu. Agar anggaran yang dialirkan itu tidak terbuang sia-sia. Karena dari sisi bisnis pula, itung-itungan yang dilakukan di atas meja oleh pakar itu dinilai keliru. Sebab tak sesuai dengan fakta di lapangan. Pihaknya juga merekomendasikan model bisnis yang lebih menguntungkan baik bagi pemerintah, penggilingan padi, serta petani itu sendiri. Idealnya pemerintah membuat brand lokal, untuk mengakomodasi produksi beras di PPU dan membantu pemasaran produk tersebut. “Misal Perusda ambil beras dari kami dengan harga Rp 8.500 atau Rp 9.000 baik premium dan medium. Lalu buat brand dan buka pasar dengan harga jual Rp 12.000, itu tidak masalah.” "Di situ ada profit lebih bagus daripada buat rice milling, kalau berhitung untung rugi lebih bagus ke hasil akhir. Kami sudah hitung itu," pungkas Totok. (rsy/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: