Ngopi Sore: Meski Berbeda, Nuansa Kehangatan Imlek Tetap Dirasa
SAMARINDA, nomorsatukaltim.com - Tetap penuh kehangatan meski perayaan Imlek tahun ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Mengingat sampai sekarang pandemi COVID-19 tak kunjung berakhir, bahkan belakangan kasus alami kenaikan. Perayaan Imlek sangat dinantikan etnis Chinese. Pasalnya momentum tahun baru Cina ini banyak harapan dinginkan. Usia selalu diberkahi, rezeki selalu mengalir, belum lagi angpao tak kalah ditunggu. Serta tidak kalah penting berkumpul dengan sanak keluarga. Ini pun jadi obrolan hangat dalam program Ngopi (Ngobrol Pintar dan Inspiratif) Sore garapan Diskominfo Kaltim dan Disway Kaltim-Kaltara serta nomorsatukaltim.com. Podcast yang dipandu Vika Ravenska menghadirkan dua orang milenial asal Kota Samarinda, yakni Pamela Wang dan Michael Surya. Baca juga: Ngopi Sore: Menyeimbangkan Kehidupan Nyata dan Dunia Maya di Era Medsos Bagi Pamela Wang, Imlek kali ini mengalami perbedaan dengan perayaan sebelumnya, tepatnya sebelum pandemi COVID-19 mewabah di Indonesia. Namun tak mengurangi makna Imlek itu sendiri. "Biasanya H-(min) satu sebelum Imlek, makan-makan bareng keluarga, kumpul-kumpul lagi. Cuma sekarang memang kerasa kurang, sekarang secara virtual dengan keluarga yang jauh," kata Pamela Wang, Kamis (3/2/2022). Mantan Runner-up Duta Wisata Indonesia 2017 ini yang jugaaktif berselancar di dunia maya, mengaku mengisi perayaan Imlek banyak menghabiskan waktu di rumah. Kalaupun ke tempat kerabat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. "Kalau aku sendiri lebih banyak di rumah. Kalau jalan-jalan ke tempat keluarga yang dekat saja. Karena agak takut juga, karena katanya kasus (COVID-19) mulai naik lagi," sambung Milenial aktif membuat konten di Instagram. Dirinya bilang ngumpul-ngumpul diri rumah tetap kerasa fun. Tetap merasakan kehangatan bersama keluarga. Selain angpao, Imlek sendiri Pamela Wang mengaku mempunyai makanan favorit. Di antaranya mie panjang, kue Nastar, sup perut ikan dan lapis legit. "Suka sup perut ikan dan lapis legit. Ada maknanya, tiap tahun semoga beruntung terus dan supaya berkatnya berlapis-lapis seperti lapis legit. Serta mie panjang itu diberikan umur yang panjang," jelasnya. Menjelang beberapa sebelum Imlek, baik dirinya maupun keluarga disibukkan dengan menata ornamen-ornamen atau dekorasi di rumah. Serta potong rambut sebagi wujud buang sial. "Tradisinya, percaya nggak percaya hari H (perayaan) Imlek tidak boleh nyapu dan bersih-bersih rumah dan keramas. Supaya rezekinya tidak tersapu. Semuanya tentang rezeki dan keberkahan, keberuntungan," beber Pamela. Sebagai milenial ia sangat terkesima dengan Imlek. "Kalau sebagai milenial sebenarnya kita excited banget. Ada angpao, senang dan apa-apa semuanya baru, seperti baju baru. Itu paling berasa banget," akunya. Setali tiga uang dirasakan Michael Surya, milenial aktif bermusik ini menuturkan, setiap Imlek dalam tradisinya semua keluarga wajib mengumpul satu rumah atau sowan yang dituakan. Momentum tahun baru Cina juga sangat terasa dan dimanfaatkan mempererat silaturahmi. "Kalau keluargaku sampai sekarang masih bisa ngumpul. Setiap Imlek momen dinantikan, di mana semua keluarga akan berkumpul, silaturahmi, dan ngomong satu sama lain. Biasanya hanya di WhatsApp," sebut Michael Surya. Selain angpao, ia menyukai makanan mie. Menurutnya mie memberikan arti umur dan kebahagian yang panjang. Serta makanan berbahan ketan yang mengartikan rezeki selalu lengket dan jodoh dipermudah atau lebih lengket lagi. "Senang juga ayam gulung dan bebek goreng (diperas) jeruk limau," pungkasnya. (asa/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: