Bengalon Putus Distribusi Sembako Terganggu

Bengalon  Putus Distribusi Sembako Terganggu

Kerusakan jalan di sejumlah daerah terus terjadi. Selain poros Samarinda-Bontang, jalan utama Sangatta – Bengalon, Kutai Timur, tak kalah memprihatinkan. Distribusi bahan bakar dan makanan pokok terganggu. Sopir truk mulai putus asa. Nomorsatukaltim.com - Ratusan masyarakat yang melintasi jalur utama Sangatta-Bengalon harus memperpanjang urat kesabaran. Mereka harus menghadapi medan berat untuk melintasi dua kecamatan di Kabupaten Kutai Timur itu. Jalur utama ekonomi dan perdagangan itu putus sejak Jumat (26/11) malam, akibat longsor yang menggerus separuh badan jalan. Kondisi diperparah dengan keberadaan trruk trailer yang terperosok pada Sabtu (27/11). Kondisi itu menutup akses dari dua arah. Belasan truk pengangkut BBM dan sembako tak bisa melintas. Belasan sopir bermalam di jalanan untuk menunggu evakuasi truk trailer dan perbaikan jalan. Bahkan sampai Minggu (28/11) kemarin, kemacetan panjang di jalur poros itu tak terhindarkan. Semua jenis kendaraan tidak bisa lewat di Km 26 jalan poros Sangatta – Bengalon tersebut. Seperti diceritakan Sofyan (52), sopir pengangkut BBM industri untuk perusahaan di Muara Wahau sudah 17 jam tak bisa melintas jalan tersebut. Bahkan truk yang ia bawa jadi kendaraan pertama yang berhenti karena tidak dapat melintas. “Dari Sabtu, malma saya sudah tidak bisa melintas. Karena alat berat terperosok di jalan longsor itu,” ucapnya. Akibatnya, solar sebanyak 10.000 liter tak bisa diantar tepat waktu. Peristiwa ini, menurut Sofyan bukan pertama kali dialami, saat menuju Samarinda pada Kamis (25/11) malam juga ada kejadian serupa. Namun, cepat dievakuasi dan dirinya tak menunggu lama untuk dapat melintas. “Waktu malam Jumat itu truk bawa ban yang terperosok. Memang di titik longsor ini banyak insiden,” ungkapnya. Sebenarnya ada jalan lain yang bisa dipakai pengendara. Sedikit memutar melewati Kecamatan Rantau Pulung dan tembus ke jalan poros Bengalon – Muara Wahau. Hanya saja jarak tempuh lebih jauh 40 kilometer. “Sama saja mas, kendaraan berat belum boleh melintas di sana. Akibat ada longsor yang masih diperbaiki. Kalau mobil mungkin masih bisa,” bebernya. Hal serupa dirasakan Herman (38), sopir pengangkut sawit yang baru menunggu dua jam. “Ya terpaksa ditunda dulu, menunggu,” katanya. Ia memanfaatkan waktu menunggu dengan beristirahat untuk menghemat tenaga menuju Samarinda. “Ya pasti capek di jalan, stres juga karena nggak tahu sampai kapan,” ujarnya. “Kendaraan berat tidak bisa melintas sama sekali. Mau tidak mau harus menunggu,” tutur Herman,. Putusnya jalur Sangatta-Bengalon menyebabkan kemacetan hingga 5 kilometer. Baik dari jalur Sangatta maupun Bengalon sama-sama tak bisa bergerak. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat dengan membuka lahan di samping jalur untuk perlintasan kendaraan. Hanya saja situasi itu tidak mudah, karena kondisi tanah yang lembek. Komandan Koramil 0909-06 Bengalon, Kapten Infanteri, Sajani P L Toruan mengatakan, diperlukan tanah urugan untuk mengganjal bahu jalan. “Pilihan diambil memakai badan jalan. Paling tidak kendaraan kecil bisa melintas dulu,” ujar Sajani Toruan. TNI bersama Satlantas Polres Kutim dan Dinas Perhubungan turun ke lokasi berupaya mengurai kemacetan. Perlu waktu sekitar 3 jam untuk membuat jalan darurat tersebut. Hingga akhirnya kendaraan dapat melintas secara bergantian. Ia menyebutkan dalam bulan ini, sudah 3 kali insiden serupa terjadi pada lokasi tanah longsor tersebut. “Kali ini yang paling parah. Berdampak hingga ke berbagai sektor,” katanya. Untuk penanganan, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kutim tidak bisa berbuat banyak. Karena jalan tersebut merupakan jalan penghubung antar privinsi. Wewenangnya ada di pemerintah pusat melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional yang berada di Balikpapan. “Upaya dari kami hanya membuatkan jalan darurat. Sementara hanya ditimbun dengan urugan tanah dan batu pada sisi bahu jalan,” ucap Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman didampingi Kepala Dinas PU, Muhammad Muhir, saat meninjau lokasi. Diperkirakan longsor terjadi akibat kontur tanah yang labil serta banyaknya kendaraan dengan kepasitas besar yang melintas. Ditambah lagi dengan tingginya curah hujan akhir-akhir ini semakin membuat tanah menjadi lembek “Banyaknya kendaraan dengan kapasitas besar cukup mempengaruhi terjadinya longsor,” pungkasnya.

MAKIN PARAH

Berdasarkan catatan DPRD Kaltim, keluhan kerusakan jalan dilaporkan di 10 seluruh daerah. “Pada dasarnya semua daerah mengeluh soal jalan rusak yang tak kunjung membaik. Mulai jalan berstatus negara, provinsi maupun jalan kabupaten dan kota. Data ini saya peroleh dari rekapitulasi aspirasi 55 anggota DPRD Kaltim,” ucap Makmur dilansir Disway Kaltim. Makmur menyimpulkan, dalam tiga tahun kepemimpinan Gubernur Kaltim Isran Noor bersama wakilnya Hadi Mulyadi, tidak ada perubahan signifikan menyangkut pembangunan infrastrutur jalan. Malah sebaliknya, kian banyak jalan umum yang mengalami kerusakan akibat digunakan oleh aktifitas kendaraan perusahaan tambang batu bara. Dalam konteks tersebut, Makmur melihat adanya kesempatan untuk mengejar segala kekurangan pembangunan infrastruktur itu dengan adanya kebijakan nasional tentang perpindahan ibu kota negara ke Kaltim. Pemprov Kaltim harus berjuang agar jalan di seluruh provinsi yang menjadi daerah penyangga dianggarkan pembangunannya. “Kita berharap adanya pemerataan, Jangan sampai hanya fokus pada pembangunan infrastruktur di IKN semata,” kata mantan Bupati Berau selama dua periode ini. Pihaknya terus memperjuangkan dana pembangunan infrastuktur di daerah diantaranya perbaikan jalan rusak yang ada di beberapa wilayah di Kaltim. Makmur berharap pulihnya jalur transportasi bisa berimbas pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. “Jalannya harapan kami diperbaiki, Kubar kami sering koordinasikan ke balai dan provinsi. Jangan sampai jalan di lokasi IKN mulus, namun saat kita ke Kutai Barat jalannya memperihatinkan,” jelasnya. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Dinas PUPR Kaltim, Rachmat Fadjar dalam pernyataannya, menyebut sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas jalan melalui preservasi jalan dan jembatan. Salah satu kriteria inovasi preservasi melalui pengendalian drainase, pelaksanaan preventif dengan pekerjaan slurry seal untuk mencapai kemantaban jalan, membentuk tim unit reaksi cepat yang menjaga ruas jalan tanpa lubang, serta pelaksanaan padat karya revitalisasi saluran sesuai prosedur. Secara bertahap PPK 1.4 Kaltim menangani longsor di sejumlah wilayah. Untuk penanganan longsor jalur Balikpapan -Samarinda, Dinas PUPR jalan telah menyelesaikan 9 lokasi dari 12 titik longsor. “Target tahun ini selesai dikerjakan,” kata Rchmat Fadjar dalam akun resmi Dinas PUPR. (*)                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: